Pembaca yang saya hormati,
Tulisan-tulisan dalam blog ini insya Allah selalu diupayakan keorisinalitasnya. Saya berharap pembaca juga bersedia menjaga orisinalitasnya dengan mencantumkan nama blog ini (http://www.sitnah-aisyah.blogspot.com). Semoga Anda memperoleh manfaat dari blog ini.
Selasa, 22 Juni 2010
Takdir Ke'cantik'an
Oleh:
www.sitnah-aisyah.blogspot.com
Sesungguhnya kecantikan adalah kecantikan fisik, karena cantik tidak sama dengan baik. Dalam Al Qur'an Allah Ta'ala berfirman:
"Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang baik- baik lagi cantik-cantik."(Ar Rahmaan : 70)
Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam ketika ditanya tentang maksud dari ayat tersebut beliau mengatakan bahwa Baik budi pekertinya dan cantik-cantik wajahnya. Dalam hadits tersebut, nyata sekali terlihat bahwa baik (akhlak) dan cantik (wajah) adalah 2 hal yang berbeda, sehingga meski ukuran cantik sendiri itu relatif, tapi tetap saja cantik itu adalah sesuatu yang sifatnya lahiriah dan bukan bathiniyah.
Demikian pula kata "حسان - حسن" dalam Al Qur'an pun juga bermakna cantik secara fisik, sebagaimana dalam firman Allah Ta'ala:
"Tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan isteri-isteri (yang lain), meskipun ke'cantik'annya menarik hatimu kecuali perempuan- perempuan (hamba sahaya) yang kamu miliki. Dan adalah Allah Maha Mengawasi segala sesuatu." (Al Ahdzab : 52)
So, terminologi cantik di sini hendaklah ditempatkan pada asal penggunaannya yaitu kecantikan fisik. Pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana menyikapi kecantikan yang relatif itu?
1. Menyadari bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala menciptakan segala sesuatu secara seimbang dan sempurna.
Bahkan apa yang dalam pandangan kita tak seimbangpun sebenarnya adalah suatu keseimbangan. Allah Ta'ala berfirman:
"Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?." (Al Mulk : 3)
2. Menyadari bahwa Allah menciptakan segala sesuatu secara berpasang-pasangan, sebagai salah satu bukti dan konsekwensi keseimbangan penciptaan oleh Allah Azza Wa Jalla.
Jika ada laki-laki, pastilah ada perempuan. Jika ada yang kaya, di sana ada pula yang miskin.
"dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita." (An Najm:45)
Termasuk jika ada yang cantik, maka tentu pula ada yang tak cantik. Jika semuanya diciptakan sama, maka bukankah tidak akan ada pula yang namanya sengsara, bahagia, sakit, senang, baik, ataupun jahat. Jika demikian, maka untuk apa hikmah dari diciptakannya surga dan neraka?
3. Menyadari bahwa apa yang telah ditetapkan Allah untuk kita, pastilah sesuai dengan ukuran kita.
Sebagaimana firman Allah Ta'ala:
"Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran". (Al Qamar:49)
Dengan ketiga alasan tersebut, sebagai makhluk Allah Ta'ala kita meyakini bahwa apa yang ditetapkan dan telah diberikan atas diri kita pastilah sesuai untuk kita. Bagi wanita yang dianugerahi wajah cantik itu pasti sesuai dan baik untuk dia. Demikian pula, bagi wanita yang wajahnya dianggap tak cantik harus pula meyakini bahwa itulah ukuran yang sesuai untuknya. Nah, di sini pulalah implementasi dari keimanan kepada takdir. Bukankah kecantikan adalah rezki dari Allah, dan rezki Allah itu adalah 1 dari 4 perkara yang sepenuhnya ditentukan oleh Allah atas diri setiap makhluk? Dalam sebuah hadits:
Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'Anhumaa berkata: "Telah menceritakan kepada kami Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallamdan beliau adalah yang selalu benar dan dibenarkan". Sesungguhnya setiap orang di antaramu dikumpulkan penciptaanya di dalam rahim/perut ibunya 40 hari berbentuk nutfah (air yang kental). Kemudian menjadi alqah (segumpal darah) selama itu juga. Kemudian menjadi gumpalan seperti mudghah (sepotong daging) selama itu juga. Kemudian diutuslah kepadanya Malaikat , lalu ia meniupkan roh kepadanya dan diperintahkan atasnya menulis 4 perkara :
(1) Ketentuan rezekinya (2) Ketentuan ajalnya (3) amalnya (4) ia celaka atau bahagia....(Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim)
Karena kecantikan adalah takdir, maka seberapa kecilpun kadar kecantikan kita, maka wajib untuk kita terima, bahkan wajib untuk disyukuri.
1. Wajib diterima karena merupakan bagian dari takdir, dan tidaklah sempurna keimanan seseorang jika ia tidak mempercayai takdir.
2. Wajib disyukuri karena:
- Boleh jadi di sisi Allah kita tidak akan sanggup diberi kecantikan lebih dari yang kita miliki saat ini dan kita terjerumus kepada perbuatan dosa dan kemaksiatan (wal iyadhubillah)
- Kecantikan yang kita miliki itulah yang terbaik bagi kita jika dibandingkan dengan yang lebih rendah dari itu. Bukankah masih banyak (wanita) yang lebih 'tidak cantik' dari kita?!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar