Pembaca yang saya hormati,
Tulisan-tulisan dalam blog ini insya Allah selalu diupayakan keorisinalitasnya. Saya berharap pembaca juga bersedia menjaga orisinalitasnya dengan mencantumkan nama blog ini (http://www.sitnah-aisyah.blogspot.com). Semoga Anda memperoleh manfaat dari blog ini.
Jumat, 11 Juni 2010
Hauna
“Dan hamba-hamba (Tuhan) Yang Maha Pemurah itu ialah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil mengajak omong-omong dengan mereka, mereka berkata (dengan kata-kata yang mengandung) keselamatan.” (Al Furqaan : 63)
Pertama:
Apabila mereka berjalan di muka bumi, terlihat sikap dan sifat kesederhanaan, jauh dari sifat kesombongan, langkahnya tetap dan teratur tidak dibuat-buat karena hendak menarik perhatian orang dan menunjukkan siapa dia. Ada orang yang mengatakan bahwa maksud ayat ini ialah supaya seorang mukmin apabila ia berjalan hendaklah menekurkan kepala, bersikap seperti orang yang lemah lunglai tak berdaya dan tak bertenaga, berjalan pelan-pelan karena menyangka sikap yang demikian itu menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang saleh dan takwa. Paham yang serupa ini bertentangan dengan yang dipraktekkan oleh Rasulullah saw. Rasulullah saw apabila ia berjalan maka langkahnya panjang-panjang dan beliau adalah orang yang paling cepat jalannya melangkah dengan tegap dan tenang. Abu Hurairah berkata:
"Saya tak pernah melihat sesuatu yang lebih cantik dari dia" "Wajahnya seolah-olah seperti matahari atau bulan yaitu bulat" "Bila berjalan seakan-akan beliau seperti turun dari anak tangga”.
Demikian sifat dan sikap seorang mukmin bila ia berjalan bukan seperti sebagian pemuda yang sengaja melenggang melenggok senantiasa melenggang ke kiri dan ke kanan dan mengangkat dagunya memperlihatkan kesombongan dan kecongkakan seakan-akan tak ada orang yang lebih tampan dan gagah dari dia.
Kedua
Apabila ada orang yang mengucapkan kata-kata yang tidak pantas atau tidak senonoh terhadap mereka, mereka tidak membalas dengan kata-kata yang tidak senonoh bahkan dibalas dan dijawab mereka dengan ucapan yang baik yang mengandung nasihat dan harapan semoga mereka diberi petunjuk oleh Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih Penyayang Demikianlah sikap Rasulullah saw bila ia diserang dan dihina dengan kata-kata yang kasar, beliau tetap berlapang dada dan tetap menyantuni orang-orang yang tidak berbudi berakhlak itu. Al Hasan Basri berkata tentang sifat orang-orang mukmin. Mereka senantiasa lapang hati tidak pernah mengucapkan kata-kata kasar. Bila kepada mereka diucapkan kata-kata yang kurang sopan mereka tidak terpengaruh dan tidak membalas dengan kata-kata yang tidak sopan pula. Mungkin ada orang yang menganggap bahwa sifat dan sikap seperti itu menunjukkan kelemahan dan tidak tahu harga diri, karena adalah wajar apabila orang yang bertindak kurang sopan dibalas dengan tindakan kurang sopan pula. Tetapi bila direnungkan secara mendalam pastilah hal itu akan membawa pertengkaran dan perselisihan yang tidak akan habis-habisnya. Setiap mukmin harus mencegah berlarut-larut perselisihan dan permusuhan, Salah satu cara yang paling tepat dan ampuh untuk membasminya ialah membalas tindakan yang tidak baik dengan tindakan yang baik sehingga orang yang melakukan tindakan yang tidak baik itu akan malu sendiri, dan sadar bahwa mereka telah terlanjur melakukan sesuatu yang tidak wajar. Sikap seperti ini dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya:
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan, seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (Q.S. Fussilat: 34-35)
Demikianlah sifat dan sikap orang-orang mukmin di kala mereka berada di siang hari di mana mereka selalu ingat dengan sesama hamba Allah. Bagaimana pula sikap dan sifat mereka di kala berhubungan dengan Tuhan Pencipta alam di kala malam hari?
"..Dan hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah itu) yakni hamba-hamba-Nya yang baik."
Lafadz ayat ini dan kalimat sesudahnya, berkedudukan menjadi Mubtada, yaitu sampai dengan firman-Nya, "Ulaika Yujzauna" dan seterusnya, tanpa ada jumlah lain yang menyisipinya (yaitu orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati) dengan tenang dan rendah diri (dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka) mengajak mereka berbicara mengenai hal-hal yang tidak disukainya (mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan) perkataan yang menghindarkan diri mereka dari dosa.
Sumber:
http://c.1asphost.com/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar