Oleh
Dr. Nashir Ibn Abdul Karim Al 'Aql
Syaikh berkata:
[1]. Prinsip dalam asma dan sifat Allah adalah menetapkan apa yang ditetapkan Allah untuk diriNya atau yang ditetapkan oleh Rasulullah tanpa tamtsil (mempersamakan atau menyerupakan Allah dengan makhluk dalam asma dan sifatNya) dan takyif (mempertanyakan bagaimana sifat Allah, atau menentukan bahwa sifat Allah itu hakekatnya begini). Juga menolak apa yang ditolak Allah terhadap diriNya atau yang ditolak Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam tanpa tahrif (mengubah lafadz sifat atau menyelewengkan maknanya) dan tanpa ta'thil (mengingkari seluruh atau sebagian sifat Ilahi). Hal itu dengan mengimani makna dan arti yang dikandung oleh nash. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Ta'ala:
"Artinya : Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." [Asy Syura: 11]
[2]. Tamtsil dan ta'thil dalam asma dan sifat Allah adalah kufur. Tahrif yang disebut oleh ahli bid'ah sebagai ta'wil, ada yang kufur hukumnya, seperti ta'wil orang-orang kebatinan, ada yang bid'ah dan sesat, seperti ta'wil orang-orang yang tidak mengakui sifat-sifat Allah, dan ada pula yang terjadi karena kekeliruan.
[3]. Wihdatul Wujud dan kepercayaan bahwa Allah bersemayam pada sesuatu makhlukNya atau bersatu dengannya adalah perbuatan kufur yang menyebabkan seseorang keluar dari Islam
[4]. Iman kepada malaikat yang mulia secara umum. Mengimaninya secara terinci adalah dengan mengimani apa yang telah dinyatakan oleh dalil, seperti nama-namanya, sifat-sifatnya, dan tugas-tugasnya sesuai dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang.
[5]. Iman kepada seluruh kitab yang diturunkan Allah. Mengimani sepenuhnya bahwa Al Qur'an Al Karim adalah kitab yang termulia dan yang membatalkan keberlakuan kitab-kitab lainnya. Kitab-kitab sebelum Al Qur'an telah mengalami perubahan dan penyelewengan. Untuk itu kita wajib mengikuti Al Qur'an dan tidak mengikuti kitab sebelumnya.
[6]. Iman kepada para nabi dan rasul Allah. Semoga selawat dan salam dilimpahkan Allah kepada mereka. Mereka adalah orang yang paling mulia. Barangsiapa yang tidak berpendapat begitu maka dia termasuk kafir. Apa yang telah dinyatakan nash tentang mereka wajib diimani. Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam adalah yang termulia, rasul terakhir, dan diutus Allah untuk seluruh umat manusia.
[7]. Mengimani bahwa wahyu telah terputus semenjak wafatnya Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam. Beliau adalah nabi dan rasul terakhir. Orang yang tidak berkeyakinan demikian adalah kafir.
[8]. Iman kepada hari akhir dan kejadian-kejadian yang ada di dalamnya menurut berita yang benar, juga beriman pada tanda-tanda kiamat yang terjadi sebelumnya.
[9]. Iman kepada qadar yang baik dan yang buruk dari Allah Ta'ala, yaitu dengan mengimani bahwa Allah Ta'ala mengetahui apa yang akan terjadi sebelum terjadi. Allah telah menuliskannya dalam Lauhul Mahfuzh [1]. Yang dikehendakiNya-lah yang terjadi dan yang tidak dikehendakiNya tidak akan terjadi. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, Pencipta segala sesuatu, Yang Maha Berbuat atas apa yang dikehendaki.
Penjelasan untuk masing-masing poin di atas dapat dilihat di sini
*Disalin dari buku Mujmal Ushul Ahlis Sunnah wal Jama'ah fi Al 'Aqidah edisi Indonesia PRINSIP-PRINSIP AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA'AH, oleh Dr. Nashir bin Abdul Karim Al 'Aql, Penerbit GIP Jakarta]
Pembaca yang saya hormati,
Tulisan-tulisan dalam blog ini insya Allah selalu diupayakan keorisinalitasnya. Saya berharap pembaca juga bersedia menjaga orisinalitasnya dengan mencantumkan nama blog ini (http://www.sitnah-aisyah.blogspot.com). Semoga Anda memperoleh manfaat dari blog ini.
Kamis, 20 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar