Learning is a blast...! Be a real moslem woman is a must. And to become an Industrial Engineering woman need to be fast...! As far as the journey of my life,... let the faith keep me up on the right path...

ﺍﻟﺴﻼﻢﻋﻠﻴﻜﻢ ﻭﺮﺤﻤﺔﷲ ﻭﺑﺭﻜﺎﺘﻪ

Pembaca yang saya hormati,

Tulisan-tulisan dalam blog ini insya Allah selalu diupayakan keorisinalitasnya. Saya berharap pembaca juga bersedia menjaga orisinalitasnya dengan mencantumkan nama blog ini (http://www.sitnah-aisyah.blogspot.com). Semoga Anda memperoleh manfaat dari blog ini.

Selasa, 24 Desember 2024

Status 25122024 bukan karena butuh tetapi untuk menghargai

 





[25/12 16.11] Sitnah Aisyah Marasabessy: Antara Kartu Ucapan dan Kotak Infak




[25/12 16.11] Sitnah Aisyah Marasabessy: "Good intentions will not make a wrong action right, whereas bad intentions will still make a good action wrong." Sitnah, 25122024


Dalam Hukum Islam, SYARAT berarti sesuatu yg menjadi prasyarat untuk sah atau terjadinya sesuatu, tetapi bukan bagian dari sesuatu itu sendiri. Contoh, syarat² IMAN itu, 1. Keyakinan yg Benar (Tashdiq bil Qalb), 2. Pengakuan dengan Lisan (Iqrar bil Lisan), 3. Amalan dengan Perbuatan (Amal bil Jawarih), 4. Kepatuhan Penuh (Istislam), & 5. Konsistensi (Istiqamah). Kelimanya adalah PRASYARAT Iman, tapi BUKAN bagian dari Iman itu sendiri. Nabi SAW bersabda: "Iman itu memiliki 70 lebih cabang. Yg paling tinggi adalah ucapan 'La ilaha illallah,' dan yg paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan." (HR. Muslim) Jadi, jika ada orang yg mengucapkan selamat Natal (dengan niat baik & tanpa melanggar akidah) memiliki keimanan yg LEBIH BAIK daripada orang yg memasang hambatan (kayu rep, pipa, kotak infak, dll

 di jalan, karena yg pertama masih bisa masuk dalam cabang iman, sementara yg kedua BERTENTANGAN dengan Iman & akhlak Islam. Allahu A'lam

#KajianFikih #DrAbdulMuher

SitnahAisyah.blogspot.com


●●●●●●●●●●●●


"Selamat Hari Natal bagi Bapak/Ibu yang merayakannya."🙏🏻


Semoga damai, sukacita, dan kebersamaan dalam suasana Natal ini senantiasa menyertai Bapak/Ibu dan keluarga. Mari kita jadikan momen ini sebagai waktu untuk berbagi dan mempererat kasih sayang. Tuhan YME senantiasa memberkati semua orang yang mengikuti Petunjuk-Nya."


Atas nama:

Dr. Abdul Muher, M.Ag dan Sitnah Aisyah Marasabessy, ST., MT.

●●●●●●●●●●●●


Dalil yang menunjukkan bahwa iman terdiri atas perkataan hati, lisan, dan perbuatan terdapat dalam Al-Qur'an dan hadis Nabi Muhammad SAW. Berikut adalah penjelasannya:

1. Perkataan Hati (Keyakinan dalam Hati)

Iman pertama-tama dimulai dengan keyakinan dalam hati. Allah SWT berfirman:

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمۡ يَرۡتَابُواْ
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu..."
(QS. Al-Hujurat: 15)

Ayat ini menunjukkan bahwa iman melibatkan keyakinan hati yang bebas dari keraguan.

2. Perkataan Lisan

Iman harus diungkapkan melalui pengucapan syahadat dengan lisan sebagai bentuk pengakuan keimanan. Nabi Muhammad SAW bersabda:

"Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah..."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Ini menunjukkan pentingnya pernyataan lisan sebagai bagian dari iman.

3. Perbuatan

Perbuatan yang mencerminkan iman adalah amalan nyata, baik amalan hati seperti ikhlas dan tawakal, maupun amalan tubuh seperti salat, zakat, dan jihad. Allah SWT berfirman:

وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ
"Padahal mereka hanya diperintahkan untuk menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus, serta mendirikan salat dan menunaikan zakat..."
(QS. Al-Bayyinah: 5)

Dalam hadis, Rasulullah SAW juga bersabda:

"Iman itu memiliki 70 lebih cabang. Yang paling tinggi adalah ucapan 'La ilaha illallah,' dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu adalah bagian dari iman."
(HR. Muslim)

Kesimpulan

Iman tidak hanya berupa keyakinan dalam hati, tetapi juga harus diungkapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan. Ketiganya saling melengkapi untuk menunjukkan iman yang benar.


Syarat iman


Syarat iman merujuk kepada hal-hal yang harus dipenuhi agar seseorang dapat dianggap sebagai orang yang beriman secara benar menurut syariat Islam. Berikut adalah syarat-syarat iman:

1. Keyakinan yang Benar (Tashdiq bil Qalb)

Iman harus dimulai dengan keyakinan yang teguh dalam hati terhadap semua hal yang wajib diimani, seperti keesaan Allah, kenabian Muhammad SAW, dan kebenaran Al-Qur'an.

  • Dalil:

    "Hanyalah orang-orang beriman yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu..."
    (QS. Al-Hujurat: 15)

2. Pengakuan dengan Lisan (Iqrar bil Lisan)

Iman memerlukan pengakuan secara lisan melalui syahadat, yaitu:
“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”

  • Dalil:
    Nabi Muhammad SAW bersabda:

    "Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah..."
    (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Amalan dengan Perbuatan (Amal bil Jawarih)

Iman tidak cukup dengan keyakinan dan ucapan, tetapi harus dibuktikan melalui perbuatan. Ini mencakup amalan wajib seperti salat, zakat, puasa, dan perilaku baik lainnya.

  • Dalil:

    "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berkata baik atau diam."
    (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Kepatuhan Penuh (Istislam)

Orang beriman harus tunduk dan patuh sepenuhnya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya tanpa ada keraguan.

  • Dalil:

    "Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan lain bagi mereka tentang urusan mereka."
    (QS. Al-Ahzab: 36)

5. Konsistensi (Istiqamah)

Iman harus dijaga dan dipelihara agar tetap konsisten sampai akhir hayat.

  • Dalil:

    "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: 'Rabb kami adalah Allah,' kemudian mereka tetap istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: 'Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan kepadamu.'”
    (QS. Fussilat: 30)

Kesimpulan

Syarat iman mencakup keyakinan yang teguh, pengakuan lisan, amal perbuatan, kepatuhan kepada syariat, dan menjaga konsistensi iman hingga akhir hayat. Semua syarat ini harus terpenuhi agar iman seseorang dianggap sah menurut Islam.


Dalil tentang iman terdii atas perkataan hati lisan dan perbuatan


Dalil yang menunjukkan bahwa iman terdiri atas perkataan hati, lisan, dan perbuatan terdapat dalam Al-Qur'an dan hadis Nabi Muhammad SAW. Berikut adalah penjelasannya:

1. Perkataan Hati (Keyakinan dalam Hati)

Iman pertama-tama dimulai dengan keyakinan dalam hati. Allah SWT berfirman:

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمۡ يَرۡتَابُواْ
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu..."
(QS. Al-Hujurat: 15)

Ayat ini menunjukkan bahwa iman melibatkan keyakinan hati yang bebas dari keraguan.

2. Perkataan Lisan

Iman harus diungkapkan melalui pengucapan syahadat dengan lisan sebagai bentuk pengakuan keimanan. Nabi Muhammad SAW bersabda:

"Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah..."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Ini menunjukkan pentingnya pernyataan lisan sebagai bagian dari iman.

3. Perbuatan

Perbuatan yang mencerminkan iman adalah amalan nyata, baik amalan hati seperti ikhlas dan tawakal, maupun amalan tubuh seperti salat, zakat, dan jihad. Allah SWT berfirman:

وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ
"Padahal mereka hanya diperintahkan untuk menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus, serta mendirikan salat dan menunaikan zakat..."
(QS. Al-Bayyinah: 5)

Dalam hadis, Rasulullah SAW juga bersabda:

"Iman itu memiliki 70 lebih cabang. Yang paling tinggi adalah ucapan 'La ilaha illallah,' dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu adalah bagian dari iman."
(HR. Muslim)

Kesimpulan

Iman tidak hanya berupa keyakinan dalam hati, tetapi juga harus diungkapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan. Ketiganya saling melengkapi untuk menunjukkan iman yang benar.


Syarat iman merujuk kepada hal-hal yang harus dipenuhi agar seseorang dapat dianggap sebagai orang yang beriman secara benar menurut syariat Islam. Berikut adalah syarat-syarat iman:

1. Keyakinan yang Benar (Tashdiq bil Qalb)

Iman harus dimulai dengan keyakinan yang teguh dalam hati terhadap semua hal yang wajib diimani, seperti keesaan Allah, kenabian Muhammad SAW, dan kebenaran Al-Qur'an.

  • Dalil:

    "Hanyalah orang-orang beriman yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu..."
    (QS. Al-Hujurat: 15)

2. Pengakuan dengan Lisan (Iqrar bil Lisan)

Iman memerlukan pengakuan secara lisan melalui syahadat, yaitu:
“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”

  • Dalil:
    Nabi Muhammad SAW bersabda:

    "Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah..."
    (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Amalan dengan Perbuatan (Amal bil Jawarih)

Iman tidak cukup dengan keyakinan dan ucapan, tetapi harus dibuktikan melalui perbuatan. Ini mencakup amalan wajib seperti salat, zakat, puasa, dan perilaku baik lainnya.

  • Dalil:

    "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berkata baik atau diam."
    (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Kepatuhan Penuh (Istislam)

Orang beriman harus tunduk dan patuh sepenuhnya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya tanpa ada keraguan.

  • Dalil:

    "Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan lain bagi mereka tentang urusan mereka."
    (QS. Al-Ahzab: 36)

5. Konsistensi (Istiqamah)

Iman harus dijaga dan dipelihara agar tetap konsisten sampai akhir hayat.

  • Dalil:

    "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: 'Rabb kami adalah Allah,' kemudian mereka tetap istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: 'Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan kepadamu.'”
    (QS. Fussilat: 30)

Kesimpulan

Syarat iman mencakup keyakinan yang teguh, pengakuan lisan, amal perbuatan, kepatuhan kepada syariat, dan menjaga konsistensi iman hingga akhir hayat. Semua syarat ini harus terpenuhi agar iman seseorang dianggap sah menurut Islam.


Pengertian syarat menurut bahasa Arab
Dalam bahasa Arab, kata syarat (شَرْطٌ) memiliki beberapa pengertian berdasarkan penggunaannya dalam konteks bahasa dan istilah:

Pengertian Secara Bahasa (Lughawi):

Secara bahasa, syarat berasal dari akar kata (شَرَطَ) yang berarti:

  1. Tanda atau alamat (علامة):
    Sesuatu yang menjadi indikasi atau tanda atas keberadaan sesuatu.
    Contoh: Hilal adalah tanda (syarat) dimulainya bulan Ramadan.

  2. Keharusan atau kebergantungan (لُزُوم):
    Sesuatu yang menjadi keharusan atau ketergantungan, di mana sesuatu tidak dapat terjadi tanpa adanya syarat tersebut.
    Contoh: Wudu adalah syarat sahnya salat.

Pengertian Secara Istilah (Istilahi):

Dalam terminologi hukum Islam (fikih), syarat berarti sesuatu yang menjadi prasyarat untuk sah atau terjadinya sesuatu, tetapi bukan bagian dari sesuatu itu sendiri.

  • Contoh:
    • Wudu sebagai syarat salat: Wudu tidak termasuk dalam salat, tetapi salat tidak sah tanpa wudu.
    • Ijab dan qabul sebagai syarat akad: Tidak akan terjadi akad pernikahan tanpa ijab dan qabul.

Kesimpulan

Secara umum, syarat dalam bahasa Arab bermakna tanda atau sesuatu yang harus ada sebagai prasyarat untuk sahnya suatu tindakan atau keadaan.



Berdasarkan penjelasan di atas, menyingkirkan duri dari jalanan adalah bagian dari iman itu sendiri, bukan syarat iman. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW:

"Iman itu memiliki 70 lebih cabang. Yang paling tinggi adalah ucapan 'La ilaha illallah,' dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu adalah bagian dari iman."
(HR. Muslim)

Penjelasan:

  1. Iman Sebagai Kesatuan yang Kompleks
    Dalam Islam, iman mencakup keyakinan (pernyataan hati), ucapan (lisan), dan tindakan (amalan). Perbuatan seperti menyingkirkan duri dari jalan termasuk cabang iman dalam bentuk tindakan (amal bil jawarih).

  2. Bukan Syarat, Melainkan Cabang
    Syarat iman adalah hal-hal yang harus ada agar seseorang dianggap beriman (seperti keyakinan hati, pengucapan syahadat, dan amal wajib). Namun, menyingkirkan duri dari jalanan bukanlah prasyarat untuk memiliki iman, melainkan bentuk aktualisasi iman itu sendiri.

Kesimpulan

Menyingkirkan duri dari jalan adalah bagian dari iman sebagai cabangnya, bukan syarat untuk memiliki iman. Perbuatan ini menunjukkan implementasi iman melalui amal perbuatan yang mencerminkan kebaikan dan perhatian terhadap sesama.



Secara kedudukan, prasyarat (syarat) lebih utama daripada cabang atau pelaksanaan dari sesuatu, karena tanpa syarat, sesuatu tidak dapat terwujud atau dianggap sah. Berikut adalah penjelasannya dalam konteks iman:

1. Kedudukan Syarat dalam Iman

Syarat adalah hal fundamental yang menentukan sah atau tidaknya iman seseorang. Misalnya:

  • Keyakinan dalam hati (tashdiq bil qalb)
  • Pernyataan lisan (iqrar bil lisan)
  • Amalan sebagai bukti iman

Tanpa syarat-syarat ini, iman seseorang tidak diakui. Oleh karena itu, syarat iman memiliki kedudukan yang lebih tinggi karena menjadi dasar yang mendasari keberadaan iman itu sendiri.

2. Cabang Iman sebagai Pelengkap

Cabang iman, seperti menyingkirkan duri dari jalan, adalah bentuk manifestasi iman, tetapi tidak menentukan sahnya iman. Cabang-cabang ini memperindah dan melengkapi iman seseorang. Semakin banyak cabang iman yang diwujudkan, semakin tinggi pula kualitas iman seseorang.

Analogi

Jika diibaratkan, syarat iman seperti fondasi sebuah bangunan, sedangkan cabang iman adalah dekorasi atau bagian tambahan bangunan. Tanpa fondasi, bangunan tidak berdiri. Namun, dekorasi mempercantik dan melengkapi fungsi bangunan tersebut.

Kesimpulan

Prasyarat atau syarat iman lebih utama dalam kedudukannya karena menjadi dasar sahnya iman. Sementara itu, cabang iman seperti menyingkirkan duri dari jalan adalah manifestasi iman yang memperkaya dan menyempurnakan keimanan seseorang.



Menilai siapa yang memiliki keimanan lebih tinggi antara seseorang yang mengucapkan selamat Natal dan seseorang yang memasang hambatan di tengah jalan memerlukan pemahaman yang mendalam tentang niat, konteks, dan dampak perbuatannya dalam perspektif Islam. Berikut adalah analisisnya:


1. Mengucapkan Selamat Natal

  • Konteks:
    Mengucapkan selamat Natal adalah bentuk interaksi sosial yang niatnya mungkin bertujuan untuk menjaga hubungan baik (silaturahmi) atau menunjukkan toleransi. Namun, ada perbedaan pandangan di kalangan ulama tentang hal ini:
    • Sebagian ulama membolehkan dengan syarat niatnya hanya untuk interaksi sosial, tanpa mengakui akidah agama lain.
    • Sebagian ulama melarang, dengan alasan menjaga kemurnian akidah Islam.
  • Kaitan dengan Iman:
    Jika ucapan itu dilakukan dengan niat yang benar dan tanpa melanggar prinsip-prinsip akidah, maka hal ini dapat dianggap sebagai cabang iman dalam bentuk menjaga hubungan baik dengan sesama manusia (muamalah) yang dianjurkan dalam Islam.

2. Memasang Hambatan di Tengah Jalan

  • Konteks:
    Perbuatan ini termasuk kategori perbuatan buruk yang bertentangan dengan akhlak Islam, bahkan dapat dianggap sebagai dosa. Rasulullah SAW bersabda:

    "...dan menyingkirkan gangguan dari jalan adalah bagian dari iman."
    (HR. Muslim)

    Sebaliknya, memasang hambatan di jalan merupakan tindakan yang mencerminkan hilangnya akhlak mulia, yang berarti bertentangan dengan iman.

  • Kaitan dengan Iman:
    Memasang hambatan di jalan adalah tindakan yang merusak dan bertentangan dengan ajaran Islam. Perbuatan ini menunjukkan kurangnya aktualisasi iman dalam bentuk amal perbuatan yang baik.


Analisis Keimanan

  1. Orang yang mengucapkan selamat Natal (dengan niat menjaga hubungan baik tanpa melanggar prinsip akidah) tetap berada dalam koridor iman, meskipun ada perbedaan pandangan tentang kebolehannya.
  2. Orang yang memasang hambatan di jalan secara jelas melakukan tindakan yang bertentangan dengan iman, karena Rasulullah SAW memerintahkan untuk menghilangkan gangguan di jalan sebagai bagian dari iman.

Kesimpulan

Orang yang mengucapkan selamat Natal (dengan niat baik dan tanpa melanggar akidah) memiliki keimanan yang lebih baik daripada orang yang memasang hambatan di jalan, karena yang pertama masih bisa masuk dalam cabang iman, sementara yang kedua adalah tindakan yang bertentangan dengan iman dan akhlak Islam. Namun, setiap niat dan perbuatan hanya Allah SWT yang mengetahui dan menilai dengan seadil-adilnya.


0 comments:

Posting Komentar