Learning is a blast...! Be a real moslem woman is a must. And to become an Industrial Engineering woman need to be fast...! As far as the journey of my life,... let the faith keep me up on the right path...

ﺍﻟﺴﻼﻢﻋﻠﻴﻜﻢ ﻭﺮﺤﻤﺔﷲ ﻭﺑﺭﻜﺎﺘﻪ

Pembaca yang saya hormati,

Tulisan-tulisan dalam blog ini insya Allah selalu diupayakan keorisinalitasnya. Saya berharap pembaca juga bersedia menjaga orisinalitasnya dengan mencantumkan nama blog ini (http://www.sitnah-aisyah.blogspot.com). Semoga Anda memperoleh manfaat dari blog ini.

Sabtu, 16 Januari 2021

Debat tentang Fatwa

[16/1 00:46] Kritikus1: https://www.instagram.com/p/CKEFa5bD43T/?igshid=1154z3mem63hb

Allahul musta'an.

*{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ}*
QS. 49:6
[16/1 00:49] Kritikus1: Beliau berani berdusta di depan khalayak ramai.

Hadaanaallahu ajma'in.
[16/1 06:13] +62 852-4294-6024: *KUALITASMU BERGANTUNG APA YANG KAU SHARE...*


Itulah lintasan pikiran yang hinggap di benak saya hari ini. 
Di era derasnya akses dan perpindahan ragam informasi, 
banyak dari kita -mungkin saya juga termasuk di dalamnya-
yang seringkali tidak punya kesabaran yang cukup
meski sekedar untuk mengecek kebenaran sebuah info,
lalu menarik kesimpulan yang tepat untuk info tersebut.


Jadi -sekali lagi- untuk setiap informasi yang kita temukan,
setidaknya ada 2 langkah yang harus kita pastikan:


Pertama, Pastikan info itu benar-benar valid seluruh sisinya;
valid kejadiannya, valid sumbernya, valid gambar dan videonya,
dan bukan hasil fabrikasi dan falsifikasi data!
Fabrikasi  data itu: “membuat data yang sebenarnya tidak ada”.
Falsifikasi data itu: “membuat data agar sesuai dengan keinginan”.


Sebagai contoh:
Heboh soal 4 orang relawan vaksin Pfizer di Amerika
yang mengalami “Bell’s Palsy” alias lumpuh otot wajah
untuk waktu 3 hari (!) paska vaksinasi.
Lalu untuk “mendukung” agar kasus itu semakin garing
Dilekatkanlah gambar 3 atau 4 orang dengan mulut yang miring.


Ternyata:
Kejadian 4 relawan itu mengalami lumpuh wajah memang benar,
foto keempat relawan itu sendiri tidak pernah dipublikasikan.
Foto 4 orang yang mungkin biasa Anda lihat itu adalah
foto yang telah dipublikasikan sejak 20 November 2019
oleh “British Medical Journal”,
Jauh sebelum vaksinasi Covid-19 dimulai!


Ada beberapa rujukan resmi yang bisa Anda baca,
termasuk dalam bahasa Arab.
Tapi supaya mudah, Anda bisa baca di sini:
https://covid19.go.id/p/hoax-buster/salah-foto-4-orang-alami-kelumpuhan-wajah-setelah-disuntik-vaksin-corona 


Di baca sampai tuntas, ya...
Jangan malas membaca,
atau suka membaca sepotong-potong.
Itu penyebab kesesatan, Kawan.


*** 


Kedua, Pastikan bahwa simpulan dan pemahaman Anda 
terhadap info tersebut relevan dan terhubung,
bukan simpulan-simpulan yang nggak nyambung.


Sebagai contoh:
Heboh video “Anak satu Pondok pesantren 
di Jember Jawa timur 
mengalami sakit, panas, kejang-kejang, 
dan bahkan ada yang pingsan setelah disuntik VAKSIN!”

Video itu dibagikan di tengah upaya vaksinasi Covid-19.


Ternyata:
Memang benar, ada santri di Pesantren Madinatul Ulum,
di Jenggawah, Jember, Jawa Timur yang mengalami itu semua.


Tapi kejadiannya pada bulan Februari 2018.
Jadi jauh sebelum Pandemi Covid-19 mewabahi dunia.
Semua gejala itu terjadi setelah mereka 
mendapatkan vaksin difteri (bukan Covid-19).


Kenapa?
Karena mereka belum sarapan saat divaksin,
dan setelah vaksin mereka tidak mengikuti arahan:
mengonsumsi paracetamol untuk mencegah efek vaksinasi.


Apakah “anak satu pesantren” mengalami itu?
Ternyata dari ratusan santri di pesantren itu,
“hanya” 75 santri yang mengalami gejala tersebut.
Jadi:
bukan “anak satu pesantren”...


Sumber: 
https://www.republika.co.id/berita/p4uv5j359/santri-yang-dirawat-akibat-imunisasi-difteri-sudah-pulang 


*** 


Maka...
Dahulu para ulama hadits berkomitmen penuh
untuk menolak riwayat-riwayat yang tidak valid,
walau itu diriwayatkan oleh orang-orang baik,
atau disampaikan oleh orang-orang shaleh,
bahkan ahli ibadah dan pemberi ma’uizhah
(hari ini kita menyebutnya: penceramah).


Bukan karena meragukan keshalehan mereka.
Bukan karena meragukan niat baik mereka.
Di antara mereka bahkan ada
yang membuat hadits palsu tentang 
tentang keutamaan al-Qur’an,
demi memotivasi umat agar tekun membaca al-Qur’an!


Sama sekali bukan...
Tapi semata-mata,
karena riwayat-riwayat mereka 
memang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Apalagi:
jika mereka memang dikenal sebagai
sosok-sosok yang kerap meriwayatkan
hal-hal yang sulit dipertanggungjawabkan.


Jejak para ulama hadits itu, sepatutnya
menjadi panduan kita di era milenial ini.
Karena “kualitas kita” sebagai muslim
sangat ditentukan oleh:
bagaimana kita menerima ilmu,
bagaimana kita mencerna ilmu,
lalu bagaimana kita membagikannya...


Yah...
Pada hari ini, 
hampir-hampir bisalah dikatakan:
“Kualitasmu ditentukan 
oleh apa yang engkau share...”



*Akhukum,*
*Muhammad Ihsan Zainuddin*
https://ihsanzainuddin.com/donlot-bahasa-arab-gampang/              


Jangan lupa gabung di Telegram:
https://t.me/IhsanZainuddin         
juga di Instagram:
https://www.instagram.com/m.ihsanzainuddin/ 


*NB:*
Informasi dan data di atas:
silahkan dikoreksi jika salah.
Jangan sungkan...
[16/1 08:52] Sitnah Aisyah Marasabessy: Orang fasik dan jahil juga bisa menshare hal2 yang baik. 
Bukan ukuran kwalitas seseorang apa yang ia share.
[16/1 08:54] Sitnah Aisyah Marasabessy: Jangan melihat segala sesuatu itu dg menggunakan kaca mata kuda.
[16/1 09:17] Sitnah Aisyah Marasabessy: Apa yang salah dari perkataan ribka?
1. Yg dia katakan adalah informasi dari data yg dia dapatkan saat itu.
2. Kapasitas dia juga orang kesehatan yg punya ilmu tentang itu
3. Jangan mudah mengutip ayat2 Al Qur'an, apalagi untuk perkara dunia dan masih menjadi kontroversi
[16/1 09:25] Kritikus1: 'Afwan Kanda, sdh ki baca penjelasannya?
Ya beliau org kesehatan tp sayangnya data2 yg disampaikan tdk benar. Justru sebaliknya. Artinya beliau memutarbalikkan fakta.

'Afwan apa ada yg salah dari ayat Al Qur'an yg sy kutip, Kanda?
[16/1 09:26] Kritikus1: 'Afwan Kanda, kami yg dari kesehatan tahu apa yg beliau sampaikan. Jd tdk sulit utk mematahkan data2 yg beliau sampaikan. Sumbernya jg ada.
[16/1 09:29] Kritikus1: 'Afwan, justru itu, Kanda, Islam sdh membuat panduan bgmn jika kita mendapatkan informasi. Tabayyun. Dan sayangnya setelah ditabayyuni, faktanya tdk seperti itu.

Btw,'afwan apa ada yg salah dgn ikhtiar imunisasi?
[16/1 09:29] Sitnah Aisyah Marasabessy: Berarti yg ribka bilang tentang kasus polio dan kaki gajah itu salah ya?
[16/1 09:31] Sitnah Aisyah Marasabessy: Ayat al Qur'annya tidak salaj, waktu, tempat, subyek dan obyek penyampaiannya yg kurang tepat
[16/1 09:32] Kritikus1: Salah, Kanda.
Justru sebaliknya.
[16/1 09:36] Sitnah Aisyah Marasabessy: Sebuah ikhtiar, terutama untuk sesuatu yang akdan dimasukkan ke tubuh seorang muslim harus halal dan thayyib. Jadi untuk imunisadi atau vaksinasi wajib menggunakan bahan dan proses yg halal. Apalagi tingkat kedaruratannya rendah.
[16/1 09:42] Sitnah Aisyah Marasabessy: Betul tidak waktu ribka bicars itu sinovak blm uji klinis 3?
[16/1 09:42] Kritikus1: 'Afwan kurang tepat bgmn, Kanda? Secara umum mentabayyuni sebuah informasi itu sangat penting. Apalg informasi yg menyangkut hajat hidup org byk. Dan sayangnya utk kasus ini, informasi yg beliau sampaikan mmg tdk benar. Maka mengapa harus dipercaya dan diambil sebagai dasar.
[16/1 09:43] Kritikus1: Alhamdulillah ulama dan ilmuwan yg jelas track recordnya sdh berbicara. Lalu perkataan siapa lg yg kita mau percayai?
[16/1 09:44] Kritikus1: Sayangnya salah juga, Kanda.
Justru vaksin buatan Sinovac sdh boleh digunakan krn sdh lulus uji klinis fase III.
[16/1 09:44] Sitnah Aisyah Marasabessy: Mentabayyunnya benat tp mengutip ayatnya yg kurang tepat momennya
[16/1 09:45] Kritikus1: 'Afwan Kanda, krn ayat tsb ttg tabayyun kan?
[16/1 09:46] Sitnah Aisyah Marasabessy: Msksud sy wsktu ribka ngomong itu kan memang blm uji klinik 3. Dikuatkan jg dgn pengakuan org kesehatan
[16/1 09:47] Sitnah Aisyah Marasabessy: Betul..tapi tdk perlu mengutip ayat. Kalo mau  Cukup no surah dan ayatnya
[16/1 09:48] Sitnah Aisyah Marasabessy: No ayatnya
[16/1 09:52] Kritikus1: Beliau sampaikan 12 Januari 2021, Kanda.

Uji klinis fase III sdh dilaksanakan sejak Agustus 2020.

Jadi apa yg beliau sampaikan tdk berdasar.
[16/1 09:57] Kritikus1: Org2 yg jauh berkompeten sdh berbicara. Apalah kita ini.
Lantas perkataan mereka mau dipatahkan dgn perkataan seseorg yg tdk berdasar.

Allahul musta'an.
[16/1 10:03] +62 823-9827-2323: Masyaaallah, Barakallahufiik kakak,. 
Dsnilah kita saling Ta'awun, utk sma2 belajar,.

Dalilnya tentang tabayyun sangat jelas,  
Bahwa sgala sesuatu sblm dipindahkn ketmpt lain hrus benar informasix,. 
Karena semua akn dprtnggung jwabkan..

Ini juga yag diajarkan dalam tarbiyah,. MasyaAllah..
[16/1 10:04] +62 823-9827-2323: MasyaAllah kk, Sebaliknya kami ini sangat kurang ilmu,. 

Dinda belajar & mengambil ilmu dri kanda semua yg sdh berkompeten,..
[16/1 10:08] +62 823-9827-2323: Siapalah diri ini..
Tapi kami ingat tarbiyah 2004, ilmu itu diambil dri 3 tingkatn diatas kita, sepadan & dibawa kita,  meski ia anak kecil..
[16/1 10:08] Sitnah Aisyah Marasabessy: Tidak semua Ulama dan ilmuan harus didengarkan karena saà ini banyak ulama dan ilmuan yang tau kebenaran tapi tetap berbohong atau berfatwa berdasarkan pesanan. Ada  'ulama' berinisial MA yg dulu fatwakan bpjs haram, tp sekarang mendukung bpjs.

Ulama dan ilmua yg jujur susah dicari. Kalaupun mereka ada, malah dijauhi. Ulama yg jujur biasanya tdk populer krn kurang pengikutnya. Ulama dan ilmuwan ini yg harus diikuti.
[16/1 10:12] +62 823-9827-2323: Afwan kanda, mksudx ini yg kupahami ulama yang mmng Diikuti k, juga ilmuwan yg mmng berkompeten..
❤️❤️
[16/1 10:17] Sitnah Aisyah Marasabessy: Ribka menyampaikan apa yg menurut dia benar (kalaupun menurut info yg lain salah), sehingga dgn alasan itu ia menolak divaksin. Dlm hal ini, menurut sy dia tdk salah krn dia tdk menyuruh org utk mengikutinya. Kalaupun itu dianggap menyesatkan mengapa berita utk klarifikasi dr org kesehatan kalah  gencar.
[16/1 10:20] Kritikus1: Nah itu dia sayangnya Kanda, hoax itu mudah sekali tersebar dibanding klarifikasinya.

Menurut beliau benar, sayangnya yg benar tdk seperti yg beliau sampaikan.
Nyata kan Kanda kebenarannya, beliau bilang (di tgl 12 Januari 2021) vaksin buatan Sinovac blm lulus uji klinis fase III. Faktanya uji klinis fase III sdh berjalan sejak Agustus 2020. Dan diumumkan hasilnya tgl 11 Januari 2021.
[16/1 10:22] Kritikus1: Di sini pun sy sdg klarifikasi. Tp entah sepertinya perkataan Ibu Ribka terlalu dipercaya padahal nyata ketidakbenarannya.
[16/1 10:24] Kritikus1: Bagi yg tinggal di Indonesia, MUI dan BPOM otoritas yg penting dalam regulasi vaksin.

Apa semua yg ada dlm 2 badan pemerintahan tsb tdk ada yg takut sama Allah?

Beberapa asatidzah kita di Wahdah Islamiyah pun menjadi bagian dari MUI.
[16/1 10:45] +62 852-9999-5992: 🍀🍀🍀🍀🍀🤲🤲🤲🤲masya Allah....kita semua ingin yang terbaik untuk ummat....siap di vaksin dengan berharap kepada Allah...nasehat Ust dr.Veni Hadju
[16/1 10:57] Sitnah Aisyah Marasabessy: 1. BPOM bertugas utk *pengawasan* Obat dan Makanan. Mui bertugas utk pengawasan penganut agama Islam, pemberi edukasi dan pembimbing bagi penganut agama Islam; & 
sebagai pemberi solusi bagi masalah keagamaan di dunia. MUI  bukan badan pemerintah.

Keduanya *bukan otoritas regulasi.* 

2. Sy tdk sedang  membicarakan *kelembagaan ulama* tp individu ulama. Jgn gagal fokus

3. Tanpa mengurangi rasa hormat pada ulama A atau ulama dari lembaga B, yg ingin sy pesankan pd akhwat bahwa tdk semua ulama harus diikuti. *Silakan ikuti ulama yg dipercayai ilmu dan kejujurannya.*  Namun *tdk mesti  orang lain juga harus ikut percaya* pada ilmu dan kejujuran ulama tersebut. Mengapa? Karena di zaman fitnah ini belum ada ulama satupun yang diakui sebagai Muhaddits, Mujtahid, apalagi Ulama level tertinggi yaitu Al Hakim.
[16/1 11:45] Kritikus1: Regulasi itu pengaturan kan, Kanda?
MUI dan BPOM itu badan yg mengatur pelaksanaan vaksinasi di Indonesia.
MUI mengatur dari sisi syari'atnya dan BPOM dari sisi keamanan dan efikasinya.

'Afwan utk tulisan sy MUI bagian dari pemerintahan. Sy ralat. MUI bukan bagian dari pemerintahan.

Kalau MUI mewakili ulama dan BPOM mewakili ilmuwan sdh memutuskan. Kita blm percaya, lantas perkataan siapa lg yg mau kita percayai?
[16/1 12:02] Ummu Kembar: Afwan... De'. Sadarki... Dgn kata2 ta'. Ingat hadist.tidaklah bersepakat ummatku di atas kebathilan. 
Klo MUI kita tdk kita tsiqoh untuk Indonesia, maka siapa yg kita ikuti. 
Mana lebih kuat pendapatnya MUI dgn pendapat pribadi?. Afwan.
[16/1 12:19] Sitnah Aisyah Marasabessy: Kita tdk wajib   percaya karena tdk ada kewajiban utk percaya pd keduanta. Dengan kata lain, jika ada yg tdk mau percaya pd mereka tidak aps2, sebab fatwa ulama itu tdk wajib diikuti. Demikian juga ketetapan BPOM tdk wajib dilaksanakan  karena hak asasi manusia utk menolak atau menerima obat/pengobatan.
[16/1 13:05] Kritikus1: Allahul musta'an.
Hadaanaallahu ajma'in.
[16/1 16:58] Sitnah Aisyah Marasabessy: Fatwa MUI sama seperti Fatwa Lajnah Daimah atau fatwa2 majelis ulama yg ada di negara2 Islam.

Sy sadar apa yg sy tulis. Sy sarankan akhawaat untuk belajar lebih banyak lagi, terutama ilmu ushul fiqih.

Ulama sepakat (ulama kaum muslimin ya akhawat, bukan hanya ulama indonesia), bahwa sumber hukum itu
1. Al Qur'an
2. Sunnah
3. Ijma'
4. Qiyas

Adapun kesepakatan ulama dan perwakilan ormas ummat islam yg tergabung dalam MUI itu BUKAN IJMA'. Sekali lagi, BUKAN IJMA'.ya.. karena hanya di Indonesia, bukan muslim sedunia.

Lalu aps kedudukan keputusan MUI?

Paling tinggi, ia adalah fatwa. Apa itu fatwa? _keputusan atau nasihat resmi yang diambil oleh sebuah lembaga atau perorangan yang diakui otoritasnya, disampaikan oleh seorang mufti atau ulama, sebagai tanggapan atau jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peminta fatwa (mustafti) yang *tidak mempunyai keterikatan.* Dengan demikian peminta fatwa tidak harus mengikuti isi atau hukum fatwa yang diberikan kepadanya._ 

Jika seperti definisinya, tidak ada keterikatan utk harus ikut Fatwa NUI. Adapun kalau saya 'dengan sadar' bilang sy tdk petcaya Fatwa MUI, *bukan berarti* sy menganggap MUI melakukan kebatilan. Ingat jangan gagal fokus akhawaat, karena bisa mengakibatkan gagak paham.

Jika ada seseorang yg tdk percaya MUI bisa disebabkan oleh beberapa faktor: 

1. Karena dalam lembaga MUI ada juga yg tdk konsisten seoerti ulama MA tadi padahal waktu, tempat, proses, dan kondisinya masih sama.

2. Tidak ada jaminan bahwa semua yg ada dlm MUI itu jujur dan adil dlm berfatwa. Apalagi dgn suasana politik di Indonesia saat ini, MUI mungkin harus 'bermain aman' jika tdk ingin menjadi sasaran pemerintah seperti yg dialami FPI.  Jangan lupa, di MUI itu juga ada perwakilan2 ormas yg punya kepentingannya masing2. Jadi bukan tdk mungkin fatwanya menurut orang tsb tidak bisa dia percaya.

Apakah dia salah jika tdk percaya MUI? Yang salah itu kalau dia tidak percaya 4 dumber hukum tadi.

Sy pribadi masih percaya pada MUI *untuk masalah2 tertentu.* 

Saya percaya MUI dari dulu, bahkan sebelum ada WI. Sy dlm bnyak masalah lebih memilih fatwa MUI  daripada fatwa DSWI. kepercayaan sy pd  MUI *bukan* karena di sana ada  asaatidz WI, tapi krn di MUI ada asaatidz lain yang saya percaya *kapasitasnya di  atas* kapaditasnya asaatidz WI. 

 Afwan, jangan sampai salah paham bahwa saya mencela para asaatidz. Sy *tdk mencela* 

Ulama yg pantas utk *tsiqoh* padanya ad/ Ulama yg  memenuhi kriteria2 deperti 

● Menguasai 12 ilmu alat (

1. Shorfun = Shorof
2. Nahwu = Nahwu
3. Khottun = Khot
4. ‘Arudl = ‘Arudl
5. Bayanun = Bayan
6. Ma’ani = Ma’ani
7. Qofiyatun = Qofiyah
8. Syi’run = Syi’ir
9. Isytiqoqun = Isytiqoq
10. Insyaau = Insya
11. Munadhoroh = Munadhoroh
12. Lughot = Lughot

●  Memiliki pemahaman dan penguasaan mendalam tentang Alquran dan Sunnah, tentang asbabun nuzul dan asbabul wurud, kaidah tafsir dan kaidah hadith, serta pemahaman - pemahaman lainnya tentang Alquran dan As Sunnah.
● Memahami hadist dan ilmu musthalahnya.
● Menguasai Bahasa Arab dan segala cabang ilmunya.
● Hafal paling sedikit 500 hadits bahkan ada Pendapat lain, yang sampai pada Ibnu al-Dharir clan 
Ahmad Ibnu Hanbal,yg menjelaskan bahwa seorang mujtahid harus 
mengetahui 500rb hadits. 

,
[16/1 19:12] Ika Fadlun: Masya Allah barakallahu fiik ilmunya kak
[16/1 20:12] Ummu Kembar: Sekarang... Apa kah kita memiliki ke 12 ilmu alat itu. Sampai kita tidak tsiqah dgn Ulama yg berkecimpung dlm sebuah lembaga. Memang bukan kewajiban. Tapi mohon nda usah kita ikut membingungkan ummat. 
Yg selama ini ummat secara umum tsiqah dgn Ulama. ( MUI) kalau kita menulis hal2 yg seakan2 menyelisihi ulama, maka artinya kita membawa ummat ke pada kebingungan, terus terang de' kami tdk pernah diajar untuk d tsiqah dgn ulama'.  Karena ulama adalah peminpin ummat saat ini. Memang untuk sampai ke tingkat mufti mutlaq untuk saat ini dihitung jari, kebanyakan ulama sekarang sampai ketingki mufti di bidangnya/ madzhab.  Tapi bukan berarti da bisa dipegang. 
Mungkin secara pribadi orang-orang yg berkecimpung di MUI da ada yg sampai memiliki 12 ilmu tsb. Tapi jika mereka berkumpul maka ilmu tersebut sdh bisa terpenuhi, sehingga keputusan yg keluar sebagai fatwa memenuhi syarat tersebut. 
Mohon hargai jeripaya mereka. Klo secara pribadi kita davtetima cukup diam. Intinya pendapat yg di putuskan melalui musyawarah itu lebih afdhal dibanding pribadi. 
Tolong perbaiki pemahamanta de'.  🙏🏻🙏🏻.
[16/1 20:41] +62 852-1987-5335: baarokallahufiykum semuanya.. semua ilmunya sangt bermanfaat. 

kurang lebih seperti inilah kondisi yang terjadi di masyarakat. salah satu sebabnya karena sudah sangat kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin di pemerintahan.

semoga kita semua dan pemimpin2 kita selalu dibimbing untuk mengambil keputusan yang benar. dan bisa terus amanah dan ingat akhirat.

terlepas dari pro kontra, suntik atau tidak suntik. sebaik baik pelindung adalah Allah Ta'ala.
tapi menambah embel2 denda dan sanksi utk masyarakat yang tdk mau faksin juga,utk kami yang awam ini. itu kurang adil.

masing masing kita juga bisa memilih mana yang terbaik untuk kita ikuti.

Tapi jangan sampai vaksin ini mmbelah, memecah belah, sperti yg terjadi di masyarakat saat pilpres kemaren 💕

Yang pada akhirnya, para bapk bapak itu bersatu. sedang pndukungnya ada yg terlanjur putus hubungan dan bermusuhan
[16/1 21:47] Sitnah Aisyah Marasabessy: Afwan. Pemahaman ta' yg harus diluruskan


● sangat sedikit ulama yg ada saat ini, terutama di Indonesia yg punya 12 ilmu alat. Ada ulama yg punya 12 ilmu alat tp tdk termasuk ke MUI.

Jika ada 1 ulama yg punya 12 ilmu alat, menguasai tafsir dan hadits dan dia BERSENDIRIAN (tidak termasuk ulama MUI), maka Mengikuti pendapat ulama yg seperti ini LEBIH UTAMA daripada mengikuti pendapat banyak ulama yg ada di MUI. Tidak lebih afdhal pendapat banyak ulama yg ilmunya lebih di bawah dari pendapat 1 ulama yg memiliki ilmu yg lebih tinggi. Pahami ki', dalam hal ilmu, BUKAN PADA MEREKA YANG PUNYA SUARA YANG BANYAK TAPI PADA SIAPA YANG LEBIH TINGGI KEILMUANNYA..

● Perkataan   ' *membingungkan ummat'* itu tidak tepat digunakan di grup ini, karena yg ada di grup ini adalah orang2 berpendidikan dan sementara menuntut ilmu baik di tarbiyah atsupun taklim. Jadi perlu tau tentang ilmu ushul fiqih maupun fiqih. Kita baru bisa katakan ' *membingungkan ummat* ' kalau saya chatnya di grup MT ibu2 atau grup masyarakat umum. 
● Kita harus mengetahui ilmu tentang bagaimana  menyikapi fenomena munculnya masalah ummat berdasarkan berbagai pendapat ulama. Dalan hal ini kita juga harus mempelajari ushul fiqih. Bukan berarti kita rdk tsiqoh. Bedakan ki antara *menuntut ilmu* dan *mengambil pendapat ulama* 
● Tulisan sy yg mana yg dikatakan *menyelisihi ulama* ka'?  Panassai. Jika saya katakan bahwa  *tdk ada  kewajiban mengikuti fatwa,* perkataan *ulama siapa* yg saya selisihi? Justru kaka yg bikin sy bingung
● Jika benar kaka tdk diajar utk tidak tsiqoh kepada ulama karena    ulama adalah peminpin, lalu mengapa ada kaka atau mutarabbiyah lain yg tdk mau ikut qunut subuh padahal itu pendapat Imam syafi'i ulama mazhab pemimpin ulama dan pem8moin ummat?!
● sekali lagi yg sy katakan fatwa *tidak wajib  dikuti* dan kita boleh tdk percaya fatwa tsb. Salah sekali pemahaman ta' kalo tidak ikutnya kita pada ffatwa lalu qt samakan dgn tdk tsiqoh pd ulana. 
● sikap tidak mengikuti fatwa bukan berarti tidak menghargai jerih payah ulama. Pahami ka' baik2
● kita tidak boleh diam jika memang waktu dan tempatnya pas. *Lii kulli maqaam maqaal,* setiap perkataan itu ada tempatnya. Forum ini adalah forum alumnus PT., para terpelajar, para mutarabbiyah. Tidak boleh diam untuk menyamoaikan ilmu 



Kalau mau diskusi boleh japri ka'
[16/1 22:00] Ummu Kembar: Dimana kita belajar de'. Afwan. Istighfar ki...  De... Sekarang siapa murobbita... Walau kami bukan alumni fakultas. Syariah... Tapi kami di bimbing oleh azatizah yg MasyaAllah.  Yang intinya kami bukan muridnya buku tapi kami muridnya guru. Walaupun mungkin nda sampai keingkat mufti tapi yg kami butuhkan adalah berkah dr ilmunya... Dan kami tetap tsiqah dgn bbingannya.
[16/1 22:06] +62 853-4289-6018: Bisa japrian ummi👍Supaya lebih clear.. Barakalllahu fyk
[16/1 22:23] +62 821-9499-9904: Masya Allah... Insya Allah kmi brpya mnyimak dan mngambiL yg ssuai dgn apa yg d dptkn dlm tarbiyah 🌹🌹🌹
[16/1 22:27] +62 882-4548-2823: MasyaAllah, menambah ilmu untuk pembahasannya.🌹
[16/1 22:27] +62 853-9654-2243: Masyaallah padahal dari siang kami menyimak.
[16/1 22:28] +62 853-4289-6018: Diskusinya sebenarnya masyaAllah ..kami jadi ambil Banyak manfaat.. Mungkin jika komunikasi langsung.. Bisa lebih searah Dan sepaham.. 
Biasanya memang lewat wa ada bbrp hal yg tdk ketemu 

Afwan ummi.. Tanpa mengurangi Takrim kami kepada ummu Muhammad . Dan ka sitnah 🙏🙏
[16/1 22:36] +62 853-9954-2295: Baralallahufiikum kak. Kami izin leave sementara dulu. 

Salam kenal.. kami ummu sholiha, alumni Sastra, Pend. Bhs Inggris ang. 2013.. Smg bsa ttap bsa silaturhim
[16/1 22:40] Ka Syahruni: MaasyaaAllah, ketika ilmu bertaburan, silahkan menyimak... difahami bukan untuk dibaperi...😃😃✊🏻✊🏻
Dewasalah dalam menyimak
[16/1 22:42] +62 853-3667-3899: knpa banyak yg left, bagusnya lgi diskusix😊
[16/1 22:51] +62 853-9978-7794: Baru ki kdong mau silaturahim setelah sekian lama, ayolah utamakan ukhuwah 😊
[16/1 22:52] Ummu Kembar: Sebenarnya saya tdk mau berpanjang lebar.. Karena hal ini da perlu kita perpanjang... 
Tapi seakan akan memaksakan pendapatnya. Padahal dalam iktililaf boleh dan terkadang dalil itu sendiri yg membuka lahan iktilaf... Jadi maksudku tadi mauka kasi diam dua duanya .... Namun balik saya di serang... 
Sementara saya selama ini... Diajar dibimbing oleh murobbi saya untuk iktiram kepada guru saya. 
Dan terus terang saya tdk tau siapa2 tadi yg memulai... Tapi berkeras maka saya coddo.
Saya sebenarnya malas layani orang2 begini. Tapi terlanjur mi.
[16/1 22:55] Ka Syahruni: Beberapa orang yg saling mencintai, bukan berarti harus bersepakat pada beberapa hal, dan jika tidak bersepakat bukan berhenti untuk saling mwncintaindan mendoakan..
Peluk erat dalam doa, uhibbukunna fillah...
Terkhusus kepada murabbiyah kami ka marni yang telah menggoreskan satu warna dalam.perjalanan pelangi kehidupan saya  saudari surgaku sitnah aisyah marasabessi yang maasyaaAllah nambah terus ilmunya, adindaku tercinta ustazah dokter syifa, kami banyak belajar di sini...
Lop yu pull dehh 😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍

0 comments:

Posting Komentar