Pembaca yang saya hormati,
Tulisan-tulisan dalam blog ini insya Allah selalu diupayakan keorisinalitasnya. Saya berharap pembaca juga bersedia menjaga orisinalitasnya dengan mencantumkan nama blog ini (http://www.sitnah-aisyah.blogspot.com). Semoga Anda memperoleh manfaat dari blog ini.
Senin, 27 Februari 2012
Idealnya Sebuah Tarbiyah
Idealnya, tarbiyah adalah pembinaan muslim yang menempa dan membentuk pribadi seorang muslim menjadi sosok dambaan Islam. Hanya saja, sosok tarbiyah itu sendiri bukanlah sebuah 'hasil', namun lebih menjadi sebuah proses dari apa yang oleh orang-orang manajemen disebut sebagai continuous improvement, sebuah proses perbaikan yang terus-menerus, yang melintasi berbagai tahapan dan proses. Bagai sebuah pabrik yang memproduksi sebuah barang, proses produksi yang diterapkan harus mampu membuat produk yang secara kuantitas dan kualitas terus diperbaiki, baik dari sisi input, proses, maupun outputnya. Input sebuah tarbiyah mestinya memenuhi persyaratan sebagai sebuah metode pembinaan Islam yang sesuai dengan tuntunan dan tuntutan Islam. Demikian pula, proses tarbiyah selain harus ittibaussunnah, juga senantiasa harus update dengan kondisi lingkungan tarbiyah sehingga diharapkan tarbiyah itu memiliki added value yang akan meningkatkan 'nilai jual'nya di masyarakat. Dengan perbaikan input dan perbaikan proses, diharapkan output tarbiyah juga akan terus mengalami perbaikan.
Fakta lapangan membuktikan, betapa tidak mudahnya menjadi, atau bahkan sekedar 'hanya' melihat sebuah sosok ikhwan/akhwat yang ter-tarbiyah. Mungkin secara zhahir, dia aktif mengikuti sebuah halaqah tarbiyah, namun kesehariannya belum menampakkan hasil/outcome dari tarbiyah. Ada juga yang bahkan sudah tidak lagi mengikuti sebuah halaqah tarbiyah, namun masih nampak atsar tarbiyah pada dirinya. Yang baik adalah jika seorang mutarabbi/yah, apakah dalam keadaan sedang atau karena suatu keadaaan tidak lagi mengikuti sebuah halaqah tarbiyah, namun terus berupaya membina dirinya agar selalu menjadi pribadi yang baik, bahkan lebih baik. Dan ini tentulah sebuah perjuangan yang berat. Apalagi biasanya dalam keadaan sendiri, ia harus pula berhadapan dengan realitas keluarga dan lingkungan yang cenderung berlawanan. Ia tidak boleh dan tidak bisa lagi mengandalkan dorongan dari murabbi atau teman-teman se-liqo'nya. Ia ibarat seorang prajurit yang berperang melawan banyak anggota pasukan lawan yang harus dihadapi jika tidak ingin dirinya yang dibinasakan.
Mengingat betapa besarnya perjuangan untuk mentarbiyah diri, tentu dibutuhkan semangat jiddiyah (daya juang) dan kesadaran diri yang super kuat, sehingga kapanpun dan dimanapun ia berada, sosok yang terbentuk dari sebuah proses continuous improvement akan senantiasa nampak dalam dirinya. Bahkan produk tarbiyah seperti ini juga mampu menampilkan citra yang mewarnai dan memberikan manfaat bagi keluarga dan lingkungannya. Bagaikan sebuah kue coklat, yang tidak hanya terlihat indah, namun juga terasa lezat di lidah siapa saja yang turut memakannya. So, wake up guys! Hayyanaakum...!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar