I.    Pengertian
:
Syafaat berasal dari kata asy-sayafa’
(ganda) yang merupakan lawan kata dari al-witru (tunggal), yaitu menjadikan
sesuatu yang tunggal menjadi ganda, seperti membagi satu menjadi dua, tiga
menjadi empat, dan sebagainya. 
Menjadikan sesuatu sebagai perantara
untuk meraih suatu manfaat atau menolak
suatu mud ha rat.
Syafa’at berarti menjadi penengah
bagi orang lain dengan memberikan manfaat kepadanya atau menolak madharat,
yakni pemberi syafaat itu memberikan manfaat kepada orang yang diberi syafaat
atau menolak madharat untuknya.
II.  Pembagian
Syafaat
Syafaat yang Shohih
- Syafaat yang didasarkan pada dalil yang kuat dan shahih, yaitu ditegaskan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Kitab-Nya, atau yang dijelaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
 
- Syafaat diberikan kepada orang-orang beriman
 
- Syafaat tidak diberikan kecuali kepada orang-orang yang bertauhid dan ikhlas; karena Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa yang paling bahagia mendapatkan syafaatmu?” Beliau menjawab, “Orang yang mengatakan, ‘Laa ilaaha illallah’ ikhlas dari dalam hatinya.”
 
- Ada 3 syaratnya :
 
Orang yang bisa memberikan syafaat ketiga di atas adalah :
     -       Rasulullah
   -      orang yang syahid (orang yang syahid dimedan perang
memiliki 6 keistimewaan, yaitu diampuni seluruh dosanya,
dibebaskan dari fitnah kubur, diperlihatkan tempat tinggalnya disyurga, diberikan mahkota kebesaran yang permatanya
satu buah lebih berharga dari , dikawinkan
dengan 72 bidadari)
    -       Orang beriman
    -       Al-Qur’an
    -       Puasa,
dll
            2) Ridho Allah terhadap orang yang
     diberikan syafaat 3) Ada izin dari Allah terhadap orang yang memberikan syafaat
     Agar syafaat seseorang diterima, maka harus memenuhi
ketiga syarat di atas
- Syarat-syarat di atas secara global dijelaskan Allah dalam firman-Nya,
 
 “Dan
berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikit pun tidak berguna
kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai
(Nya).” (QS. An-Najm: 26)
Kemudian
firman Allah, “Tiada yang dapat
memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya.” (QS. Al-Baqarah:
255)
Lalu firman Allah,
““Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang
Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridhai
perkataannya.” (QS. Thaha: 109)
Kemudian firman Allah,
يَعْلَمُ
مَابَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَاخَلْفَهُمْ وَلاَيَشْفَعُونَ إِلاَّ لِمَنِ ارْتَضَى وَهُم
مِّنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ
“Allah
mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di
belakang mereka, dan mereka tidak memberi syafaat melainkan kepada orang yang
diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati kerana takuT kepada-Nya.”
(QS. Al-Anbiya’: 28)
-         
 
Menurut penjelasan para ulama, syafaat yang
diterima, dibagi menjadi dua macam:
Pertama, syafaat umum.
Makna umum, Allah mengizinkan kepada salah seorang dari hamba-hamba-Nya yang
shalih untuk memberikan syafaat kepada orang-orang yang diperkenankan untuk
diberi syafaat. Syafaat ini diberikan kepada Nabi Muhammad shalallahu
‘alaihi wa sallam, nabi-nabi lainnya, orang-orang jujur, para syuhada, dan
orang-orang shalih. Mereka memberikan syafaat kepada penghuni neraka dari
kalangan orang-orang beriman yang berbuat maksiat agar mereka keluar dari
neraka.
Kedua, syafaat
khusus, yaitu syafaat yang khusus diberikan kepada Nabi Muhammad shalallahu
‘alaihi wa sallam dan merupakan syafaat terbesar yang terjadi pada Hari
Kiamat. Tatkala manusia dirundung kesedihan dan bencana yan tidak kuat mereka
tahan, mereka meminta kepada orang-orang tertentu yang diberi wewenang oleh
Allah untuk memberi syafaat. Mereka pergi kepada Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa,
dan Isa. Tetapi mereka semua tidak bisa memberikan syafaat hingga mereka datang
kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau berdiri dan
memintakan syafaat kepada Allah, agar menyelamatkan hamba-hamba-Nya dari adzab
yang besar ini. Allah pun memenuhi permohonan itu dan menerima syafaatnya. Ini
termasuk kedudukan terpuji yang dijanjikan Allah di dalam firman-Nya,
وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَّكَ عَسَى أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا
“Dan pada sebagian malam hari bersembahyang
tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu
mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Israa’: 79)
Di antara syafaat khusus yang diberikan kepada
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah syafaatnya kepada
penghuni surga agar mereka segera masuk surga, karena penghuni surga ketika
melewati jembatan, mereka diberhentikan di tengah jembatan yang ada di antara
surga dan neraka. Hati sebagian mereka bertanya-tanya kepada sebagian lain,
hinngga akhirnya mereka bersih dari dosa. Kemudian mereka baru diizinkan masuk
surga. Pintu surga itu bisa terbuka karena syafaat Nabi shalallahu ‘alaihi
wa sallam.
Syafaat khusus penduduk syurga
untuk masuk kedalam syurga -* ketika manusia sudah diproses dan berjalan
menuju syurga maka seketika itu pula pintu syurga yang terbuka lalu tertutup. Dan
penjaga syurga bertanya kepada mereka ... 
Di antara syafaat khusus yang diberikan kepada
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam adalah syafaatnya kepada penghuni surga agar mereka segera
masuk surga, karena penghuni surga ketika melewati jembatan, mereka
diberhentikan di tengah jembatan yang ada di antara surga dan neraka. Hati
sebagian mereka bertanya-tanya kepada sebagian lain, hinngga akhirnya mereka
bersih dari dosa. Kemudian mereka baru diizinkan masuk surga. Pintu surga itu
bisa terbuka karena syafaat Nabi shalallahu
‘alaihi wa sallam.
Syafaat khusus untuk Abu Thalib
-* Syafaat untuk diringankan siksanya yaitu diangkat dari dasar neraka ke
siksa neraka yang paling ringan, akan tetapi siksaannya berupa dikenakan
sepatu yang membuat otak mendidih
Ibnu Abil Izz Al Hanafi (murid Ibnu Katsir) menyebutkan bahwa syafa’at
ada 8, yaitu :
1)  
Syafa’at Udzma, ini khusus bagi
Nabi Muhammad.
2)  
Syafa’atnya Nabi Muhammad kepada
kaum yang kebaikan dan keburukannya seimbang untuk masuk surga.
3)  
Syafa’atnya Nabi Muhammad kepada
siapa yang disuruh masuk neraka untuk tidak memasukinya.
4)  
Syafa’atnya Nabi Muhammad untuk
mengangkat derajat ahlul jannah.
5)  
Syafa’atnya Nabi Muhammad kepada
suatu kaum untuk masuk jannah tanpa hisab.
6)  
Syafa’atnya Nabi Muhammad untuk
meringankan adzab neraka bagi siapa yang berhak mendapatkannya, seperti
syafa’atnya kepada pamannya Abu Thalib.
7)  
Syafa'tnya Nabi Muhammad kepada
segenap kaum mu'minin agar diizinkan masuk syurga.
Syafa'atnya Nabi
Muhammad kepada para pelaku dosa besar dari kalangan umatnya yang masuk neraka
agar keluar darinya. (Syarh Aqidah
Thohawiyyah oleh Ibnu Abil Iz Al Hanafi)
  Macam-Macam Syafa'at pada Hari Kiamat
Ibnu Hajar Al-Asqalani
  berkata:  
“Rasulullah memberikan syafa’at kepada manusia pada
  hari kiamat, yaitu dengan memberikan ketenangan pada waktu mereka dalam
  ketakutan. Rasul juga memberikan syafa’at dengan memohon keringanan adzab
  untuk sebagian orang-orang kafir, sebagaimana yang terjadi pada diri paman
  beliau Abu Thalib. Rasul juga memberikan syafa’atnya dengan memohon kepada
  Allah untuk mengeluarkan sebagian orang mukmin dari siksa api neraka atau
  memohonkan mereka untuk tidak dimasukkan ke dalam api neraka setelah
  ditetapkan bahwa mereka akan masuk neraka. Rasul juga dapat memberikan
  syafa’at bagi seseorang untuk masuk surga tanpa melalui proses hisab atau
  dengan mengangkat derajat sebagian mereka untuk bisa tinggal dalam surga yang
  lebih tinggi.” (Fathul Bari syarah Shahih Bukhari) 
Ibnu Abil Izz Al Hanafi (murid Ibnu Katsir) menyebutkan bahwa syafa’at
  ada 8, yaitu : 
1.   
  Syafa’at Udzma, ini
  khusus bagi Nabi Muhammad. 
2.   Syafa’atnya Nabi Muhammad kepada
  kaum yang kebaikan dan keburukannya seimbang untuk masuk surga. 
3.   Syafa’atnya Nabi Muhammad kepada
  siapa yang disuruh masuk neraka untuk tidak memasukinya. 
4.   
  Syafa’atnya Nabi
  Muhammad untuk mengangkat derajat ahlul jannah. 
5.   Syafa’atnya Nabi Muhammad kepada
  suatu kaum untuk masuk jannah tanpa hisab. 
6.   Syafa’atnya Nabi Muhammad untuk
  meringankan adzab neraka bagi siapa yang berhak mendapatkannya, seperti
  syafa’atnya kepada pamannya Abu Thalib. 
7.   Syafa'tnya Nabi Muhammad kepada
  segenap kaum mu'minin agar diizinkan masuk syurga. 
8.   Syafa'atnya Nabi Muhammad kepada
  para pelaku dosa besar dari kalangan umatnya yang masuk neraka agar keluar
  darinya. (Syarh Aqidah Thohawiyyah
  oleh Ibnu Abil Iz Al Hanafi) 
Syafa’at pada hari kiamat ada bermacam-macam
  seperti yang telah disebutkan dalam banyak hadits. Macam-macam syafa’at tersebut
  di antaranya adalah: 
1.     
  Syafa’at Terbesar Al Udzma atau
  Al Kubra Nabi Muhammad di Padang Mahsyar 
Syafaat Uzhma adalah syafaat ketika semua manusia dikumpulkan dipadang mashyar dan
  mereka sudah tidak tahan dengan panas sehingga mereka mendatangi Adam, lalu Nabi
  Adam menyuruh mereka ke nabi lain ... (lihat hadits) 
Tatkala manusia dirundung kesedihan dan
  bencana yan tidak kuat mereka tahan, mereka meminta kepada orang-orang
  tertentu yang diberi wewenang oleh Allah untuk memberi syafaat. Mereka pergi
  kepada Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa. Tetapi mereka semua tidak bisa
  memberikan syafaat hingga mereka datang kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam,
  lalu beliau berdiri dan memintakan syafaat kepada Allah, agar menyelamatkan
  hamba-hamba-Nya dari adzab yang besar ini. Allah pun memenuhi permohonan itu
  dan menerima syafaatnya. Ini termasuk kedudukan terpuji yang dijanjikan Allah
  di dalam firman-Nya, 
وَمِنَ
  الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَّكَ عَسَى أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا
  مَّحْمُودًا 
“Dan
  pada sebagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah
  tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang
  terpuji.” (QS. Al-Israa’: 79) 
Dari Abu Hurairoh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada suatu hari
  Rasulullah diberi daging, dengan disuguhkan kepada beliau bagian lengan
  kambing dan beliau menyukainya. Lalu, beliau menggigitnya dengan ujung
  giginya. Kemudian beliau bersabda: “Aku adalah pemimpin (tuan / sayyid)
  manusia pada Hari Kiamat. Apakah kamu sekalian mengerti mengapa demikian?
  Pada Hari Kiamat, Allah mengumpulkan semua manusia, yang dahulu dan yang
  akhir di suatu tempat. Lalu mereka mendengar suara penyeru. Pandangan pun
  tiada terhalang, dan matahari pun dekat. Manusia mengalami kesedihan dan
  kesulitan yang tiada mampu mereka tanggung dan mereka pikul. Maka, sebagian
  di antara mereka berkata kepada sebagian yang lain, “Tidakkah kamu tahu apa
  yang kamu alami? Tidakkah kamu tahu apa yang menimpamu? Tidakkah kamu cari
  siapa yang dapat memberimu syafa’at
  kepada Rabb-mu?” 
Sebagian yang lain di antara mereka pun menjawab, “Datangilah Adam.” 
Kemudian mereka pun mendatangi Adam, dan berkata: “Wahai Adam,
  engkau adalah bapak manusia, Allah telah menciptakanmu dengan
  Tangan-Nya. Lalu Dia tiupkan kepadamu Ruh-Nya dan memerintahkan para
  Malaikat agar mereka bersujud (hormat) kepadamu. Maka mintalah kepada Rabb-mu
  syafa’at bagi kami. Tidakkah
  engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang menimpa
  kami?”. 
Nabi Adam menjawab: “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka
  yang tiada pernah Dia marah sebelum dan sesudahnya seperti itu. Rabb-ku
  pernah melarangku mendekati sebuah pohon (di surga dulu),tetapi aku
  berma’shiyat, melanggar larangan itu karena nafsuku. Aku (saat ini) sibuk
  dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah
  kalian kepada Nabi lain selainku. Pergilah kalian kepada Nuh.” 
Kemudian mereka mendatangi Nabi Nuh, lalu berkata : “Wahai Nuh,
  engkau adalah rasul pertama di bumi. Allah menyebutmu sebagai
  hamba yang sangat bersyukur. Maka mintakanlah kepada Rabb-mu syafa’at untuk kami. Tidakkah
  engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang telah
  menimpa kami?”. 
Nabi Nuh menjawab : “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka
  tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum dan sesudahnya.
  Sungguh, dahulu aku pernah mendo’akan jelek untuk kaumku. Aku (saat
  ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri.
  Pergilah kalian kepada Ibrahim.” 
Kemudian manusia mendatangi Nabi Ibrahim, dan berkata: “Engkau
  adalah Nabi Allah dan Kekasih-Nya dari penduduk bumi.
  Mintakanlah syafa’at kepada
  Rabb-mu untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami?
  Tidakkah engkau tahu apa yang sedang menimpa kami?”. 
Kemudian Nabi Ibrahim pun menjawab, “Sesungguhnya Rabb-ku pada
  hari ini murka tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum
  dan sesudahnya.” 
Nabi Ibrahim menyebutkan dusta yang telah dialaminya (ketika ia
  menghancurkan berhala – pen). Nabi Ibrahim berkata, “Aku (saat ini) sibuk
  dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah
  kalian kepada Nabi lain selainku. Pergilah kalian kepada Musa.” 
Maka mereka pun mendatangi Musa, lalu berkata: “Wahai Musa,
  engkau adalah utusan Allah. Allah telah memberimu keutamaan
  dengan risalah-Nya, dan firman-Nya kepadamu melebihi manusia lain. Maka
  mintakanlah syafa’at kepada
  Rabb-mu untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah
  engkau tahu apa yang telah menimpa kami?”. 
Nabi Musa menjawab: “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka
  tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum dan sesudahnya.
  Sesungguhnya aku pernah membunuh seseorang yang aku tidak diperintahkan untuk
  membunuhnya. Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan
  urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada ‘Isa.”   
Lalu mereka mendatangi Nabi ‘Isa, seraya berkata: “Wahai Isa,
  engkau adalah utusan Allah. Engkau telah berbicara kepada manusia ketika
  engkau baru lahir. Engkau terwujud dengan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya
  kepada Maryam dengan tiupan roh dari-Nya. Maka, mintakanlah syafa’at kepada Rabb-mu untuk kami.
  Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa
  yang sedang menimpa kami?”. 
Nabi ‘Isa menjawab: “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka
  tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum dan sesudahnya.”  
Nabi ‘Isa tidak menyebutkan dosa yang pernah dialaminya. 
Kata Nabi ‘Isa selanjutnya, “Aku (saat ini) sibuk dengan
  urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada Muhammad.” 
Kemudian mereka mendatangiku, dan berkata : “Wahai Muhammad,
  engkau adalah utusan Allah, engkau adalah Penutup para Nabi, Allah
  telah memberikan ampunan atas dosa yang telah engkau lakukan
  (seandainya ada). Maka, mintakanlah syafa’at
  kepada Rabb-mu untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami?
  Tidakkah engkau tahu apa yang sedang menimpa kami?”. 
Maka aku (Nabi Muhammad) pergi dan mendatangi Tahtal ‘Arsy
  (ke bawah ‘Arsy). Lalu aku bersujud kepada Rabb-ku. Kemudian Allah memberiku
  pertolongan dan pemberitahuan yang tidak pernah Dia berikan kepada seseorang
  sebelum aku. Dia berfirman, “Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu. Mintalah,
  maka engkau akan diberi. Mintalah syafa’at,
  maka engkau akan diizinkan untuk memberi syafa’at.” 
Lalu aku mengangkat kepalaku, dan aku mengatakan : “Ya Allah,
  tolonglah umatku! Tolonglah umatku!” 
Aku dijawab: “Wahai Muhammad, masukkanlah ke surga umatmu yang
  bebas hisab dari pintu kanan surga, dan selain mereka lewat pintu yang lain
  lagi.” Demi Allah yang menguasai diri Muhammad, sesungguhnya antara
  dua daun pintu di surga sebanding antara Mekkah dan Hajar (daerah Palestina –
  pent.), atau antara Mekkah dan Bashra (Iraq – pent.).” (HR. Muslim no.
  194) 
2.     
  Syafa’atnya Nabi
  Muhammad kepada Kaum yang Kebaikan dan Keburukannya Seimbang (Ashabul A’raf) untuk Masuk Surga  
Orang mukmin yang mempunyai kebaikan dan
  keburukan yang seimbang (ashabul a’raf), maka mereka berada di antara batas
  surga dan neraka. Ketika mereka melihat ke arah surga, mereka ingin dapat
  memasukinya. Tetapi ketika mereka melihat ke arah neraka, mereka memohon
  kepada Allah agar tidak dimasukkan ke dalamnya. 
Allah berfirman:
  “Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas
  A’raaf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu
  dengan tanda-tanda mereka. dan mereka menyeru penduduk surga: “Salaamun
  ‘alaikum[Mudah-mudahan Allah melimpahkan kesejahteraan atas kalian]“. mereka
  belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya). Dan apabila
  pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata: “Ya Tuhan
  kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang dzalim
  itu. Dan orang-orang yang di atas A’raaf memanggil beberapa orang
  (pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya
  dengan mengatakan: “Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu
  sombongkan itu, tidaklah memberi manfaat kepadamu.” (QS. Al A’raf 46-48) 
Hudzaifah berkata: “Ashabul
  A’raf adalah kaum yang mana antara kebaikan dan keburukan mereka
  seimbang, kemudian Allah berfirman kepada mereka: “Masuklah surga dengan
  anugerah dan ampunan-Ku, pada hari ini janganlah kalian takut dan janganlah
  kalian bersedih hati.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam Tafsirnya, 12/453,
  no 14688. Atsar yang serupa dengan ini juga diriwayatkan oleh Al-Jama’ah) 
Ibnu Katsir berkata: “Semua pendapat ini adalah saling berdekatan,
  yang kembali kepada satu makna yaitu mereka (ashabul a’raf-pen) adalah kaum yang kebaikan dan keburukannya
  sama”. (Tafsir Ibnu Katsir, 3/121) 
Ibnu Mas’ud berkata : “Ketika mereka (ashabul a’raf) berada di atas
  Sirath, mereka boleh mengetahui keadaan penduduk surga dan penduduk neraka.
  Maka apabila mereka melihat keadaan penduduk syurga mereka berkata:
  “Keselamatan bagi kalian”, dan ketika mereka mengalihkan pandangan mereka ke
  sebelah kiri mereka bisa melihat penduduk neraka, mereka berkata : “Ya Allah
  jangan jadikan kami bersama orang-orang dzalim”. Mereka berlindung kepada
  Allah dari neraka yang mereka lihat itu. Adapun orang yang banyak berbuat
  kebaikan, maka mereka diberi cahaya, yang mana cahaya itu berada di depan
  mereka dan samping kanan mereka dan mereka berjalan dengannya. Pada hari itu
  setiap hamba dan umat diberi cahaya. Maka ketika mereka semua sampai di atas
  Sirath, Allah mencabut cahaya orang-orang munafik, ketika ahli surga melihat
  apa yang terjadi pada orang munafik maka mereka berkata : “Ya Tuhan kami
  sempurnakanlah cahaya kami”. Adapun ashabul a’raf cahaya mereka hanya ada di
  arah depan saja. Itulah yang difirmankan oleh Allah : “Mereka belum lagi
  memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya).” (Tafsir Ath-Thabari
  12/454, juga disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, 3/419) 
Ashabul a’raf tertahan di antara batas surga
  dan neraka. Mereka baru bisa memasuki surga setelah mendapat syafa’at dari
  Nabi Muhammad sholallahu ‘alaihi wasallam. Imam
  Ath-Thabrani meriwayatkan, bahwa Ibnu Abbas berkata: “Orang-orang yang
  berlomba-lomba dalam kebajikan memasuki surga dengan tanpa hisab, orang yang
  pertengahan memasuki surga dengan rahmat Allah, dan orang yang mendzalimi
  diri mereka sendiri dan ashabul a’raf mereka masuk surga dengan syafa’at dari
  Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam.” (Al-Mu’jam Al-Kabir
  Lith-Thabrani, 9/391, no 11292) 
Ibnu Katsir berkata: “Ketika menjelaskan
  keadaan kaum muslimin di hari kiamat nanti berdasarkan ayat ini, Ibnu Abbas
  radiyallahu ‘anhu berkata : “Orang yang
  lebih dahulu berbuat kebaikan akan masuk surga dengan tanpa hisab dan orang
  yang muqtasid akan masuk ke surga dengan rahmat Allah, sedangkan orang yang
  mendzalimi dirinya sendiri dan ashabul a’raf akan masuk surga dengan syafaat
  Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Tafsir Ibnu Katsir III/556) 
3.     
  Syafa’at Nabi Muhammad kepada
  Calon Penghuni Surga yang Berada di Luar Pintu Surga Agar Segera Masuk Surga 
Pintu-pintu surga dapat dibuka dengan izin Allah
  melalui syafa’at Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dalil tentang
  syafa’at ini bisa ditemui dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :  
"Dan
  orang-orang yang bertakwa kepada Rabb-nya dibawa ke surga berombong-rombongan
  (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu, sedang pintu-pintunya
  telah terbuka dan berkatalah kepada mereka para penjaganya:
  "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu. Maka masukilah
  surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya." (QS. Az Zumar: 73)  
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku akan mendatangi pintu surga pada hari kiamat, lalu aku meminta agar pintu tersebut dibuka. Penjaga pintu surga bertanya: Siapakah engkau? Aku menjawab: Muhammad. Penjaga itu berkata: Aku diperintahkan agar tidak membukakannya untuk siapa pun sebelum engkau.” (HR. Muslim, no. 292) 
Diriwayatkan dari
  Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku adalah
  manusia yang paling banyak pengikutnya pada hari Kiamat. Dan akulah orang
  pertama yang mengetuk pintu surga.”
  (HR. Muslim, no. 290) 
Syafa’at ini adalah
  salah satu syafa’at khusus yang Allah Ta’ala berikan
  kepada Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan tidak diberikan kepada Nabi atau Rasul yang lainnya. Syaikh Muhammad
  bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa tidak ada yang masuk surga, kecuali setelah
  syafa’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdasarkan hadits di atas. 
4.     
  Syafa’at Nabi Muhammad kepada
  Pamannya Abu Thalib Agar Diringankan Adzabnya 
Dari Abbas bin Abdul Muthalib berkata: “Wahai
  Rasulullah, apakah engkau bisa memberi manfaat kepada Abu Thalib, sebab dia
  dulu memeliharamu dan membelamu?” Jawab beliau: “Benar, dia berada di neraka yang paling dangkal, kalau bukan karenaku
  niscaya dia berada di neraka yang paling bawah.“ (HR. Bukhari no. 3883,
  6208, 6572, Muslim 209)  
Dari Abu Sa`id Al Khudri, berkata: Disebutkan di sisi Rasulullah pamannya Abu Thalib, maka beliau bersabda: ” Semoga syafa’atku bermanfaat baginya kelak di hari kiamat. Karena itu dia ditempatkan di neraka yang paling dangkal, api neraka mencapai mata kakinya lantaran itu otaknya mendidih”. (HR.Bukhari 3885, 6564, Muslim 210) 
Adzab neraka yang akan diterima oleh Abu
  Thalib adalah menggunakan alas kaki dari api neraka yang akan membuat otaknya
  mendidih. Syafa’at ini khusus untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
  Tidak ada seorang pun yang dapat memberikan syafa’at kepada orang kafir,
  kecuali Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Syafa’at beliau
  shallallahu 'alaihi wasallam kepada Abu Thalib tidaklah diberikan atau
  dikabulkan secara sempurna, akan tetapi sekedar meringankan adzab Abu Thalib,
  lantaran di dunia ia membela keponakannya dari gangguan kaum kafir Quraisy.
  Abu Thalib tidak bisa keluar dari neraka karena beliau tidak mau mengucapkan
  kalimat tauhid “Laa ilaaha illallaah” menjelang wafatnya sehingga beliau mati
  dalam keadaan kafir. 
5.     
  Syafa’at Nabi Muhammad kepada
  Kaum Mukminin Agar Bisa Masuk Surga Tanpa Hisab 
Dari Abu Hurairoh, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda (ketika mengabarkan tentang
  syafa’at Al Udzma) :   “Aku dijawab: “Wahai Muhammad, masukkanlah ke surga umatmu
  yang bebas hisab dari pintu kanan surga, dan selain mereka lewat pintu yang
  lain lagi.” (HR.
  Muslim no. 194) 
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan tentang orang-orang yang
  masuk surga tanpa hisab, beliau bersabda: “Mereka itu adalah orang-orang yang tidak meminta ruqyah, tidak pernah
  minta diobati dengan metode kai, tidak tathayyur dan hanya bertawakal kepada
  Rabb mereka.” Ukasyah bin Mihshan berdiri dan mengatakan: “Wahai
  Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar aku termasuk golongan mereka.”
  Rasulullah menjawab: “Engkau termasuk
  golongan mereka.” Sahabat yang lain lantas berdiri dan mengatakan:
  “Berdoalah kepada Allah agar aku termasuk di antara mereka.” Rasulullah
  bersabda: “Engkau sudah kedahuluan
  Ukasyah.” (HR. Bukhari 5705 dan Muslim 220) 
6.     
  Syafa’at dari Allah, Para Nabi,
  Para Malaikat, dan Kaum Mukminin kepada Para Penghuni Neraka yang Beriman
  Agar Dikeluarkan dari Neraka 
Dari
  Abu Sa’id Al Khudri bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
  ‘Para malaikat telah memberikan syafa’at, para nabi juga sudah memberikan
  syafa’at, dan kaum mukmininpun sudah memberikan syafa’at. Maka tidak ada lagi
  yang lain, kecuali Allah –Arhamur Rahimin. Maka Allah mengambil sekelompok
  orang dengan satu genggaman-Nya dari neraka. Lalu Dia mengeluarkan dari
  neraka sekelompok orang yang tidak pernah berbuat kebaikan sama sekali.”
  (HR. Bukhari dalam Fathul Bari XIII/421 hadits no. 7439 Kitab At Tauhid Bab
  24 dan Muslim dalam Shahih Muslim Syarh Nawawi III/32 hadits no. 453) 
a.     
  Syafa’at dari Allah 
Dibawakan
  oleh Hammad bin Zaid, ia berkata: Aku bertanya kepada Amr bin Dinar: “Apakah
  engkau mendengar Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu membawakan hadits dari
  Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah mengeluarkan
  sekelompok orang dari neraka dengan syafaat?” Amr bin Dinar menjawab: “Ya.” (HR. Bukhari dalam Kitab Ar
  Riqaq Bab Shifatil Jannah wan Naar no. 6558 Fathul Bari XI/416 dan Muslim
  Kitab Al Iman Bab Adna Ahlil Jannah Manzilatan Fiha III/49 no. 470 Syarh
  Nawawi) 
Dari
  Abu Sa’id Al Khudri bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Maka
  Allah berfirman: Para Malaikat, para Nabi, orang-orang yang
  beriman memberikan syafa’at, dan tidak ada yang tersisa kecuali lalu
  Allah Yang Maha Pengasih akan
  menggenggam satu atau dua genggaman dari neraka kemudian
  mengeluarkan dari neraka itu kaum, yang tidak pernah dari kaum itu beramal
  dengan amalan yang baik sedikitpun, sedang mereka telah terbakar dan menjadi
  arang. Kemudian ditumpahkan pada mereka Al Hayaat (air kehidupan) sehingga
  mereka pun tumbuh seperti biji kecambah. Lalu keluarlah jasad mereka kembali
  bagaikan mutiara dan pada pundak mereka tertulis “Bebas dari neraka”, dan
  dikatakanlah pada mereka, “Masuklah kalian kedalam surga.” (Diriwayatkan oleh Ahmad no. 11917
  berkata Syaikh Syuaib Al Arna’uth bahwa Hadits ini sanadnya shahih sesuai dengan syarat Shahih Imam Al Bukhari dan Imam
  Muslim, dan diriwayatkan oleh Al Imam Abdurrozaq no: 20857) 
b.     
  Syafa’at dari Para Nabi 
Dari
  Imran bin Hushain dari Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Akan keluar sekelompok orang dari neraka
  karena syafa’at Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam (dalam suatu lafazh
  yang lain: “Karena syafa’atku”). Lalu mereka masuk ke dalam surga. Mereka
  dinamakan Jahannamiyyun.” (HR. Abu Dawud dalam Shahih Abu Dawud Kitab
  As-Sunnah Bab fii Asy-Syafaah hadits no. 4740 dan Ibnu Majah dalam Shahih
  Ibnu Majah Kitab Az Zuhd Bab Dzikri Asy Syafaah hadits no. 3501) 
c.      
  Syafa’at dari Para Malaikat 
Allah berfirman: “Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafa’at mereka sedikitpun
  tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki
  dan diridhai-Nya.” (QS. An-Najm: 26) 
Abu Hasan Al-Asyari berkata: “Kalau ada orang yang
  bertanya tentang Firman Allah: “Dan
  mereka (malaikat) tiada memberi syafaat, melainkan kepada orang yang
  diridhai-Nya” (QS. Al-Anbiya: 28). Maka jawabnya: Mereka (malaikat) itu
  hanya memberi syafaat kepada orang-orang yang diridhai Allah.” (Al-Ibanah
  An-Ushul Ad-Diyanah oleh Abu Hasan Al-Asyari) 
d.     
  Syafa’at dari Kaum Mukminin 
Dari Abu Sa’id al Khudri radhiyallahu ‘anhu,
  melalui jalan riwayat lain, yaitu dari ‘Atha’ bin Yasar, Nabi shallallahu
  ‘alaihi wasallam bersabda: “Demi Allah
  Yang jiwaku ada di tangan-Nya. Tidak ada seorangpun di antara kamu yang lebih
  bersemangat di dalam menyerukan permohonannya kepada Allah untuk mencari
  cahaya kebenaran, dibandingkan dengan kaum Mukminin ketika memohonkan
  permohonannya kepada Allah pada hari Kiamat untuk (menolong)
  saudara-saudaranya sesama kaum Mukminin yang berada di dalam neraka. Mereka
  berkata: “Wahai Rabb kami, mereka dahulu berpuasa, shalat dan berhaji
  bersama-sama kami”. Maka dikatakan (oleh Allah) kepada mereka: “Keluarkanlah
  oleh kalian (dari neraka) orang-orang yang kalian tahu!” Maka bentuk-bentuk
  fisik merekapun diharamkan bagi neraka (untuk membakarnya). Kemudian
  orang-orang Mukmin ini mengeluarkan sejumlah banyak orang yang dibakar oleh
  neraka sampai pada pertengahan betis dan lututnya.” [HR. Bukhari dan
  Muslim. Lihat Fathul Bari (XIII/421), hadits no. 7439, Kitab at Tauhid, Bab
  24, dengan lafadz berbeda. Dan lihat Shahih Muslim Syarh Nawawi, tahqiq
  Khalil Ma’mun Syiha (III/32), hadits no. 453. Lafadz hadits di atas adalah
  lafadz Imam Muslim] 
7.     
  Syafa’at Mukminin kepada Para
  Calon Penghuni Neraka yang Beriman Agar Tidak Jadi Masuk Neraka 
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang mayit disholatkan oleh
  sekelompok orang Islam yang jumlah mereka mencapai 100, semuanya memintakan
  syafa’at untuknya, melainkan syafa’at itu akan diberikan pada dirinya.”
  (HR. Muslim no. 947, 58) 
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang muslim meninggal dunia,
  lalu jenazahnya disholatkan oleh 40 orang yang tidak menyekutukan Allah
  dengan sesuatu apapun, melainkan Allah akan memberikan syafa’at kepadanya.” (HR.
  Muslim no. 948, 59) 
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: “Bahwa pada
  hari kiamat anak-anak kecil akan berdiri lalu dikatakan kepada mereka,
  ”Masuklah ke surga!” Merekapun menjawab,”(Kami akan masuk) jika bapak dan ibu
  kami masuk juga ke surga.” Maka diserukan kepada anak-anak kecil itu,
  ”Masuklah kalian dan bapak (orang tua) kalian ke surga!” (HR. Ahmad dalam
  Musnad-nya 28/174 dan dinilai baik oleh Al-Arna’uth. Hadits ini dikuatkan
  oleh hadits-hadits shahih lain yang semakna oleh Imam Muslim, An-Nasai dan
  yang lainnya. Lihat Shahih at-Targhib wa at-Tarhib dan juga Fatawa Al-Azhar
  8/104) 
8.     
  Syafa’at Kaum Mukminin kepada
  Sesamanya Untuk Mengangkat Derajat Mereka di Surga 
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
  mendoakan sahabatnya, Abu Salamah radhiyallahu 'anhu : "Ya Allah, ampunilah Abu Salamah, angkatlah
  derajatnya kepada golongan orang-orang yang diberi petunjuk, lapangkanlah
  kuburannya...". (HR. Muslim) 
Abu Hurairah meriwayatkan: Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam
  bersabda: “Sesungguhnya, Allah Azza wa Jalla bisa saja mengangkat derajat
  seorang hamba yang shalih di surga kelak. Si hamba itu akan bertanya, “Ya
  Rabbi, bagaimana aku bisa mendapatkan derajat sehebat ini?” Allah berfirman,
  “Karena permohonan ampun dari anakmu.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dan
  Ath-Thabrani dalam Al-Awsath. Disebutkan oleh Al-Haitsami dalam Majma’uz
  Zawaid X : 210) 
Said bin Jubair berkata, dari Ibnu Abbas ia
  berkata: “Apabila seseorang masuk surga, dia bertanya tentang orang tuanya,
  istri dan anaknya. Lalu diberitahukan padanya bahwa mereka tidak sampai pada
  tingkatan surgamu, maka dia berkata, ‘Wahai Rabbku, Engkau mengetahui
  kecintaanku terhadap mereka, lalu Allah memerintahkan agar mengangkat
  keluarganya berkumpul dalam satu surga. Ibnu Abbas kemudian membacakan ayat “Dan orang-orang yang beriman, dan yang
  anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu
  mereka dengan mereka, dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal
  mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS.
  At-Thur: 21) (Tafsir Ibnu Katsir) 
Sa’id bin Musayyib berkata: “Seseorang
  diangkat derajatnya karena doa anaknya setelahnya.” (Muwatha’ Kitab Al-Qur’an
  Bab Al-‘Amal Fid Du’aa no. 38) 
9.     
  Syafa’at dari Puasa dan Al-Qur’an
   
Dari Abdullah bin ‘Amr bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam
  bersabda: “Puasa dan Al-Qur’an akan
  memberi syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat kelak. Puasa akan
  bertanya: “Wahai Rabb-ku. Aku telah menahannya dari makan pada siang hari dan
  nafsu syahwat. Karenanya, perkenankan aku untuk memberi syafa’at kepadanya.”
  Sedangkan Al-Qur’an berkata: “Aku telah melarangnya dari tidur pada malam
  hari. Karenanya, perkenankan aku untuk memberikan syafa’at kepadanya.” Maka
  keduanya pun memberikan syafa’at.” (HR. Ahmad II/174 dan Hakim I/554.
  Dishahihkan oleh Hakim dan disetujui oleh Adz-Dzahabi. Al-Haitsami berkata:
  “Diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani dalam Mu’jam Kabir. Rijal hadits ini
  rijal shahih” (Majma’uz Zawaid III/181). Dishahihkan oleh Albani dalam
  Tamamul Minnah halm. 394) 
Dari Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu
  bahwasanya dia mendengar Rasulullah shallallahu
  ’alaihi wasallam bersabda: “Bacalah
  Al-Qur’an. Sesungguhnya Al-Qur’an akan datang pada hari kiamat sebagai
  pemberi syafa’at bagi sahabatnya.” (HR. Muslim no. 804) 
Dari Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu :
  Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bacalah oleh kalian dua bunga, yaitu surat
  Al-Baqarah dan Surat Ali ‘Imran. Karena keduanya akan datang pada hari kiamat
  seakan-akan keduanya dua awan besar atau dua kelompok besar dari burung yang
  akan membela orang-orang yang senantiasa rajin membacanya. Bacalah oleh
  kalian surat Al-Baqarah, karena sesungguhnya mengambilnya adalah barakah,
  meninggalkannya adalah kerugian, dan sihir tidak akan mampu menghadapinya.”
  (HR. Muslim 804) 
Dari An-Nawwas bin Sam’an Al-Kilabi radhiallahu ‘anhu berkata :
  Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Akan didatangkan Al-Qur`an pada Hari
  Kiamat kelak dan orang yang rajin membacanya dan senantiasa rajin beramal
  dengannya, yang paling depan adalah surat Al-Baqarah dan surat Ali ‘Imran,
  keduanya akan membela orang-orang yang rajin membacanya.” (HR. Muslim
  805) 
*** 
Al-Quran sebagai Kalam Allah bisa memberi pertolongan, atas izinNya,
  dalam bentuk syafaat. Ia bisa menjadi perantara untuk menolong kita ketika
  mempertanggungjawabkan amal kita di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala.
  Langkah-langkah apa saja untuk kita bisa meraih syafaat Al-Quran, seperti doa
  yang kita haturkan ke hadirat Allah? 
Setidaknya, ada enam langkah yang harus kita wujudkan.
  Keenam langkah ini menjadi bukti interaksi yang baik dengan Al-Quran dalam
  kehidupan sehari-hari sebagai seorang muslim yang
  baik. Pertama, Senantiasa Membaca Al-Quran. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
  Wassallam telah bersabda : 
اقرأوا الْقُرْآن فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْم الْقِيَامَة
  شَفِيعًا لأَصْحَابه  (رواه مسلم) 
“Bacalah Al-Quran, kelak ia akan datang di Hari
  Kiamat memberi syafaat kepada para pembacanya.” (HR. Muslim). 
Langkah pertama,
  mau atau tidak, harus dilalui oleh setiap muslim. Seorang muslim wajib untuk
  bisa membaca Kalam Allah sesuai kaidah Ilmu Tajwid dengan langgam yang benar,
  tidak menyimpang dan tidak pula mengada-ada. 
Membaca Al-Quran merupakan aktifitas yang harus
  menjadi kebutuhan rohani demi meningkatkan mutu dan kualitas spiritual. Di
  era teknologi seperti sekarang ini, kita dapat dengan mudah membaca Al-Quran
  lewat telepon genggam yang kita genggam ke mana saja. Di bus, pesawat,
  kereta, di mana saja, kita dapat membacanya. 
Maka, sangat disayangkan apabila seorang muslim
  tidak bisa membaca Al-Quran. Sangat disayangkan pula, jika seorang muslim
  yang sudah pandai membaca Al-Quran namun tidak membiasakan dirinya dan
  keluarganya untuk istiqamah membacanya setiap hari. 
Sebagai orangtua Muslim, mereka memiliki
  tanggungjawab besar untuk memastikan bahwa anak-anaknya bisa dan terbiasa
  membaca Al-Quran. Beruntung jika mereka sampai pada tingkatan menghafalnya.
  Kalau pun orang tua belum sanggup mengajarkan secara langsung, titipkanlah
  mereka untuk belajar membacanya di TPQ atau Madrasah Diniyah. Kelak anak-anak
  yang tumbuh dalam bimbingan Al-Quran, Insya Allah, akan menjadi keturunan
  yang membanggakan, generasi emas, pejuang Islam yang tangguh, karena di hati
  mereka ada Al-Quran yang membimbing, menyinari, dan menjadi sebab turunnya
  rahmat Allah kepada mereka. 
Dua, adalah Senantiasa Mendengar
  Bacaan Al-Quran. Selain bisa membaca, mendengarkan lantunan ayat-ayat suci
  Al-Quran juga menjadi jembatan meraih syafaatnya. Kita bisa mendengarkan
  secara langsung lewat radio, televisi, atau Mp3 murottal yang biasa diputar
  di masjid-masjid menjelang waktu shalat. 
Suara lantunan Al-Quran bukan polusi udara.
  Sungguh sebuah tuduhan tanpa dasar yang mengatakan bahwa suara kaset ngaji
  adalah polusi udara, seperti yang terlontar dari mulut seorang pejabat di
  suatu negeri. Yang benar adalah justru suara musik di diskotik, cafe, dan
  panggung-panggung musik lah, polusi udara yang sesungguhnya, mengotori kalbu
  dan menyeret kepada hal-hal yang negatif. 
Mendengar lantunan ayat-ayat suci Al-Quran akan
  membuat hati dan jiwa pendengarnya tenteram dan damai. Rasulullah Shallallahu
  ‘Alaihi Wassallam bersabda : 
من
  قرأ القرآن كتب الله له بكل حرف عشر حسنات ومن سمع القرآن كتب الله له بكل حرف حسنة
  وحشر في جملة من يقرأ ويرقى (رواه الديلمي) 
“Siapa yang membaca Al-Quran, Allah akan
  mencatat baginya, sepuluh pahala kebaikan di tiap hurufnya dan siapa yang
  mendengarkan bacaan Al-Quran, Allah akan catat untuknya, satu kebaikan di
  tiap hurufnya, serta ia akan dibangkitkan dalam golongan orang yang membaca
  dan naik derajatnya.” (HR. Ad-Dailami) 
Ketiga, Mengkaji dan Mempelajari
  Ayat-ayat Al-Quran. Al-Quran tidak cukup hanya dibaca dan didengarkan. Lebih
  dari itu, kita harus menjadikannya sebagai sumber inspirasi di berbagai
  bidang kehidupan. Untuk bisa sampai ke arah tersebut, langkah yang harus kita
  tempuh adalah mengkaji hikmah-hikmah yang ada di dalamnya. 
Berbagai penemun ilmiah dan fakta-fakta yang
  mencengankan ada dalam Al-Quran. Tinggal sejauh mana kemauan kita dalam
  mempelajarinya. Rasulullah SAW bersabda tentang orang yang mengkaji dan
  mempelajari ayat-ayat Allah : 
تَعَلَّمُوا الْقُرْآنَ، فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَافِعًا لِأَصْحَابِهِ
  (رواه ابن حبان) 
“Pelajarilah Al-Quran oleh kalian, sebab kelak di
  Hari Kiamat ia akan datang memberi syafaat kepada para pengkajinya.” (HR. Ibnu Hibban) 
Keempat, Mengamalkan Hukum-hukum
  Al-Quran. Keadilan hukum merupakan dambaan setiap insan. Al-Quran turun
  dengan tujuan, salah satunya, memberikan rasa aman dan perlindungan bagi
  segenap jiwa manusia, dalam bentuk penegakan hukum untuk memutuskan suatu
  perkara. Ketika suatu produk hukum berlandaskan nilai-nilai yang terkandung
  dalam Al-Quran itu diterapkan, akan memberikan keadilan bagi seluruh anggota
  masyarakat. Tidak ada lagi istilah, “hukum tajam ke bawah, tumpul ke atas.” 
Sebagai contoh, hukum tentang larangan mengonsumi
  minuman keras. Dalam Al-Quran dijelaskan bahwa minuman keras itu merupakan
  perbuatan yang banyak mengandung bahaya, mempengaruhi akal dan jiwa
  seseorang. Dampaknya mencakup banyak aspek, meliputi : kerusakan pada diri
  orang yang mengonsuminya, keluarganya bahkan suatu negara. 
Jika larangan mengonsumsi minuman keras ini
  diterapkan secara sungguh-sungguh, maka akan memgurangi kejahatan yang
  terjadi di tengah masyarakat, akibat dampak Miras. Siapa yang mengamalkan
  hukum-hukum Al-Quran, ia akan mendapat syafaatnya, seperti yang disabdakan
  oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam: 
مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ يَقُومُ بِهِ أَنَاءَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ يُحِلُّ
  حَلَالَهُ وَيُحَرِّمُ حَرَامَهُ حَرَّمَ اللَّهُ لَحْمَهُ وَدَمَهُ عَلَى النَّارِ
  , وَجَعَلَهُ رَفِيقَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ حَتَّى إِذَا كَانَ يَوْمُ
  الْقِيَامَةِ كَانَ الْقُرْآنُ لَهُ حُجَّةً (رواه الطبراني) 
“Siapa yang membaca Al-Quran, dimana ia
  membacanya pada waktu shalat di tengah malam dan siang hari, ia menghalalkan
  halalnya dan mengharamkan haramnya, maka Allah haramkan daging dan darahnya
  terkena api neraka, dan akan menjadikannya teman pendamping para malaikat
  yang mulia dan baik, serta pada Hari Kiamat nanti Al-Quran akan menjadi
  hujjah (pembela) untuknya.” (HR. Thabrani) 
Lima, Mengajarkan Al-Quran kepada
  Orang lain. Sudah menjadi kewajiban bagi setiap orang yang diberi ilmu oleh
  Allah untuk mengamalkan apa yang sudah ia peroleh, walau pun satu ayat.
  Termasuk mengajarkan Al-Quran dalam beragam bentuk seperti mengajarkan cara
  membaca yang baik dan benar, menguraikan makna dan kandungan ayat, atau
  menghimpun tafsir Al-Quran sebagai upaya mendekatkan umat kepada pemahaman
  terhadap Al-Quran yang baik, tidak menyimpang, tidak salah jalan, salah
  tafsir yang bisa menimbulkan keresahan kepada umat Islam. 
Mengajarkan Al-Quran sesuai dengan bimbingan para
  ulama yang ahli di bidangnya, akan membuat umat semakin cinta terhadap
  Al-Quran dan mau mengamalkannya. Memahamkan umat tentang Al-Quran bisa
  menjadi amunisi argumentasi yang kuat dalam menghadapi penafsiran ala
  pendukung pemahaman Pluralisme, Liberal, Sekular (SePILIS), yang banyak
  memperalat ayat-ayat Suci untuk tujuan yang menyesatkan. Rasulullah
  Shallallhu ‘Alaihi Wassallam bersabda : 
من تعلم القرآن وعلمه وأخذ بما فيه كان له شفيعا ودليلا إلى الجنة (رواه ابن
  عساكر) 
“Siapa yang mempelajari Al-Quran, mengajarkan,
  dan mengamalkan isinya, maka ia akan menjadi pemberi syafaat dan petunjuk
  jalan menuju surga.” (HR. Ibnu Asakir). 
Keenam, Mengamalkan dengan Landasan
  Ikhlas Mencari Ridha Allah Subhanahu Wata’ala. Di saat kita mengamalkan
  Al-Quran, landasannya adalah semata-mata mengharap ridha Allah, bukan untuk
  mendapat pujian dan hadiah. Pengamalan Al-Quran dengan ikhlas akan membuat
  seseorang bisa meraih syafaat Al-Quran. Rasulullah SAW bersabda: 
تَعَلَّمُوا الْقُرْآنَ
  وَسَلُوا بِهِ الْجَنَّةَ قَبْلَ أَنْ يَتَعَلَّمَ قَوْمٌ يَسْأَلُونَ بِهِ الدُّنْيَا،
  فَإِنَّ الْقُرْآنَ يَتَعَلَّمُهُ ثَلَاثَةٌ: رَجُلٌ يُبَاهِي بِهِ، وَرَجُلٌ يَسْتَأْكِلُ
  بِهِ، وَرَجُلٌ يَقْرَأُ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ (رواه البيهقي) 
“Pelajarilah Al-Quran dan mintalah surga
  dengannya, sebelum muncul satu kaum yang mempelajari Al-Quran untuk tujuan
  duniawi. Sesungguhnya ada tiga kelompok yang mempelajari Al-Quran: (1)
  Seseorang yang mempelajarinya untuk membanggakan diri, (2) Seseorang yang
  mencari makan darinya, dan (3) seseorang yang membaca karena Allah Subhanahu
  Wata’ala.” (HR. Baihaqi) 
Jika
  ada yang bertanya:  
Bukankah hadits-hadits tentang adanya syafa’at
  seperti syafa’at seorang anak kepada bapaknya ditolak oleh ayat Al-Qur’an: 
“Hai manusia, bertakwalah
  kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak
  tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya
  sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, Maka janganlah sekali-kali
  kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan)
  memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.” (QS. Luqman: 33) 
Maka
  jawabannya: 
Ayat di atas (QS. Luqman: 33) berkaitan dengan
  orang-orang kafir.  
Ibnul Jauzi menafsirkan firman Allah SWT يا أيها الناس اتقوا ربكم “Hai manusia, bertakwalah
  kepada Tuhanmu” bahwa para mufasir mengatakan,”Ayat ini ditujukan untuk orang-orang kafir di Mekah.” Dan firman Allah SWT “لا يجزي والد عن ولده “seorang bapak tidak dapat menolong anaknya sedikit pun dari
  kejahatan dan kezhalimannya. Muqotil mengatakan bahwa yang dimaksud adalah orang-orang kafir. (Zaad al Masir juz V hal 112) 
Hal ini seperti syafaat Nabi Ibrahim untuk ayahnya yang kemudian
  ditolak Allah SWT seperti apa yang diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi
  saw, ”Pada hari kiamat Ibrahim menemui
  ayahnya Azar dan tampak wajahnya gelap dan tertutupi debu. Lalu Ibrahim
  berkata kepadanya, ’Bukankah aku telah mengatakan kepadamu untuk tidak
  maksiat.’ Ayahnya berkata, ’Hari ini aku tidak akan maksiat terhadapmu.’
  Ibrahim pun berkata, ’Wahai Allah, sesungguhnya Engkau pernah berjanji
  kepadaku bahwa Engkau tidak akan menghinakanku pada hari mereka dibangkitkan
  maka kehinaan yang mana yang lebih hina dari yang didapat ayahku yang jauh
  (dari rahmat-Mu).’ Lalu Allah berfirman,’Sesungguhnya Aku mengharamkan surga
  buat orang-orang kafir.’ Kemudian dikatakan
  kepada Ibrahim, ’Wahai Ibrahim apa yang ada di bawah kedua kakimu.’ Lalu
  Ibrahim pun melihatnya dan ternyata ia adalah seekor serigala
  berbintik-bintik maka dipeganglah kaki-kakinya dan dilemparkan ke neraka.”
  (HR. Bukhari) 
Adapun untuk orang-orang yang
  beriman/bertauhid, maka ada syafa’at seperti yang disebutkan oleh Allah dalam
  firman-Nya: 
“Dan orang-orang
  yang beriman, dan yang anak cucu
  mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan
  mereka, dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka.
  Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Thur: 21) 
“Pada
  hari itu tidak berguna syafa'at, kecuali (syafa'at) orang yang Allah Maha
  Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridhai
  perkataannya.” (QS. Thaha : 109) 
Abu Hurairah bertanya: “Ya, Rasulullah.  Siapakah orang yang paling bahagia dengan
  syafaatmu pada hari kiamat?” Rasulullah bersabda: “Sungguh aku telah menyangka bahwa tidak ada seseorang yang lebih
  dahulu bertanya tentang ini kecuali engkau karena semangatmu dalam mencari
  hadits.” Rasul bersabda: “Orang
  yang paling bahagia dengan syafaatku adalah orang yang mengucapkan Laa ilaaha
  illallaah dengan ikhlas dari hatinya.” (HR. Bukhari no. 99) 
Ibnu Abbas berkata: “Orang yang Allah ridhai
  perkataannya, yaitu orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah. Dengan kata
  lain, Allah tidak akan memberikan syafaat kepada selain mukmin.”
  (Tafsir Al Baghawi III/195 Cet. Daar Al Kutub Al Ilmiyyah) 
Syaikhul
  Islam Ibnu Taimiyah berkata :
  ”Syafa’at, sebabnya adalah tauhid kepada Allah, dan mengikhlaskan agama dan
  ibadah dengan segala macamnya kepada Allah. Semakin kuat keikhlasan
  seseorang, maka dia berhak mendapatkan syafa’at. Sebagaimana dia juga berhak
  mendapatkan segala macam rahmat. Sesungguhnya, syafa’at adalah salah satu
  sebab kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Dan yang paling berhak dengan
  rahmat-Nya adalah ahlut tauhid dan orang-orang yang ikhlas kepada-Nya. Setiap
  yang paling sempurna dalam mewujudkan kalimat ikhlas (Laa ilaaha illallaah)
  dengan ilmu, keyakinan, amal, dan berlepas diri dari berbagai bentuk
  kesyirikan, loyal kepada kalimat tauhid, memusuhi orang yang menolak kalimat
  ini, maka dia yang paling berhak dengan rahmat Allah. (Majmu’ Fatawa Syaikhul
  Islam Ibnu Taimiyah, XIV/414 dengan ringkas) 
 | 
 
Syafaat batil
Syafaat batil / manzilah -* syafaatnya orang-orang kuffar
ü syafaat batil yang tidak berguna bagi pemiliknya, yaitu anggapan
orang-orang musyrik bahwa tuhan-tuhan mereka dapat memerintahkan syafaat kepada
Allah. Syafaat semacam ini tidak bermanfaat bagi mereka seperti yang
difirmankan-Nya,
فَمَا
تَنفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِينَ
“Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat dari orang-orang yang
memberikan syafaat.” (QS. Al-Mudatstsir: 48)
ü Demikian itu karena Allah tidak rela kepada kesyirikan yang
dilakukan oleh orang-orang musyrik itu dan tidak mungkin Allah memberi izin
kepada para pemberi syafaat itu, untuk memberikan syafaat kepada mereka; karena
tidak ada syafaat kecuali bagi orang yang diridhai Allah. Allah tidak meridhai
hamba-hamba-Nya yang kafir dan Allah tidak senang kepada kerusakan.
ü  Ketergantungan orang-orang musyrik kepada tuhan-tuhan mereka dengan
menyembahnya dan mengatakan, “Mereka
adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah,” (QS. Yunus: 18)
adalah ketergantungan batil yang tidak bermanfaat. Bahkan yang demikian itu
tidak menambah mereka kecuali semakin jauh dari Allah, karena orang-orang
musyrik meminta syafaat kepada berhala-berhala dengan cara yang batil, yaitu
menyembahnya. Itu kebodohan mereka yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah,
tetapi sebenarnya tidak lain hanya menjadikan mereka semakin jauh.
.
Maraji :
1.  Syarh Aqidah Wasitiyah
2.  Syarh Ushul Iman
3.  Tuntunan Tanya Jawab Akidah,
Shalat, Zakat, Puasa dan Haji (Fatawa Arkanul islam), Syaikh Muhammad bin
Shalih Al-Utsaimin, Darul Falah, 2007
Tentang Syafaat
Hadits ibnumajah 4297
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا
أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ
مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي
شَفَاعَةً لِأُمَّتِي فَهِيَ نَائِلَةٌ مَنْ مَاتَ مِنْهُمْ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ
شَيْئًا
Setiap Nabi do'anya adl mustajab (dikabulkan), maka
semua Nabi tergesa-gesa mempergunakan do'anya. Sesungguhnya aku menyimpan
do'aku untuk memberi syafa'at kepada ummatku (kelak), maka itu akan di dapat
oleh orang yg mati di antara mereka dalam keadaan tak menyekutukan Allah dgn
sesuatupun. [HR. ibnumajah No.4297].
Hadits ibnumajah 4298
حَدَّثَنَا مُجَاهِدُ بْنُ مُوسَى وَأَبُو إِسْحَقَ الْهَرَوِيُّ
إِبْرَاهِيمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ حَاتِمٍ قَالَا حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ أَنْبَأَنَا
عَلِيُّ بْنُ زَيْدِ بْنِ جُدْعَانَ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ
وَلَا فَخْرَ وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ تَنْشَقُّ الْأَرْضُ عَنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
وَلَا فَخْرَ وَأَنَا أَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ وَلَا فَخْرَ وَلِوَاءُ
الْحَمْدِ بِيَدِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا فَخْرَ
Saya adl pemuka anak Adam & tak
sombong. Aku adl orang yg pertama kali di bukakan bumi (di bangkitkan) pada
hari Kiamat, & tak sombong. Aku adl orang yg pertama kali memberi syafa'at
& di mintai syafa'at & tak sombong. Bendera pujian ada di tanganku pada
hari Kiamat & tak sombong. [HR. ibnumajah No.4298].
Hadits ibnumajah 4299
حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ
بْنِ حَبِيبٍ قَالَا حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ
يَزِيدَ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَّا أَهْلُ النَّارِ الَّذِينَ هُمْ أَهْلُهَا فَلَا
يَمُوتُونَ فِيهَا وَلَا يَحْيَوْنَ وَلَكِنْ نَاسٌ أَصَابَتْهُمْ نَارٌ بِذُنُوبِهِمْ
أَوْ بِخَطَايَاهُمْ فَأَمَاتَتْهُمْ إِمَاتَةً حَتَّى إِذَا كَانُوا فَحْمًا أُذِنَ
لَهُمْ فِي الشَّفَاعَةِ فَجِيءَ بِهِمْ ضَبَائِرَ ضَبَائِرَ فَبُثُّوا عَلَى أَنْهَارِ
الْجَنَّةِ فَقِيلَ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ أَفِيضُوا عَلَيْهِمْ فَيَنْبُتُونَ نَبَاتَ
الْحِبَّةِ تَكُونُ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ قَالَ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ كَأَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ كَانَ فِي الْبَادِيَةِ
Penghuni neraka yg mereka benar-benar penghuninya,
mereka tak akan merasakan kematian & juga tak hidup di dalamnya. Akan
tetapi mereka adl orang-orang yg terkena api neraka karena dosa-dosa &
kesalahan-kesalahan mereka, maka mereka akan di matikan sesaat. Dan ketika
mereka telah menjadi arang, maka mereka di izinkan untuk mendapatkan syafa'at.
Lalu mereka di datangkan secara berkelompok-kelompok, kemudian mereka di
mandikan di sungai-sungai surga. Maka di katakan; Wahai penghuni surga, berilah
mereka minuman. Maka mereka menumbuhkan tumbuhan hibbah (biji-bijian) yg ada di
arus sungai. Perawi berkata; Maka berkatalah seseorang dari mereka; Seakan-akan
Rasulullah baru tiba dari pedalaman. [HR. ibnumajah No.4299].
Hadits ibnumajah 4300
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدِّمَشْقِيُّ
حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ جَعْفَرِ
بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ لِأَهْلِ الْكَبَائِرِ
مِنْ أُمَّتِي
Sesungguhnya syafa'atku pada hari Kiamat adl untuk
para pelaku dosa besar dari ummatku. [HR. ibnumajah No.4300].
Hadits ibnumajah 4301
حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ أَسَدٍ حَدَّثَنَا أَبُو
بَدْرٍ حَدَّثَنَا زِيَادُ بْنُ خَيْثَمَةَ عَنْ نُعَيْمِ بْنِ أَبِي هِنْدٍ عَنْ رِبْعِيِّ
بْنِ حِرَاشٍ عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُيِّرْتُ بَيْنَ الشَّفَاعَةِ وَبَيْنَ أَنْ يَدْخُلَ
نِصْفُ أُمَّتِي الْجَنَّةَ فَاخْتَرْتُ الشَّفَاعَةَ لِأَنَّهَا أَعَمُّ وَأَكْفَى
أَتُرَوْنَهَا لِلْمُتَّقِينَ لَا وَلَكِنَّهَا لِلْمُذْنِبِينَ الْخَطَّائِينَ الْمُتَلَوِّثِينَ
Saya di suruh memilih antara setengah ummatku akan di
masukkan ke surga dgn di beri syafa'at, maka saya memilih syafa'at, karena
sesungguhnya syafa'at lebih mencakup & lebih mencukupi, bagaimana pendapat
kalian, apakah ia hanya di berikan kepada orang-orang yg bertakwa saja? 
Tidak, akan tetapi ia di berikan juga terhadap orang-orang yg berdosa & orang-orang yg banyak kesalahan. [HR. ibnumajah No.4301].
Tidak, akan tetapi ia di berikan juga terhadap orang-orang yg berdosa & orang-orang yg banyak kesalahan. [HR. ibnumajah No.4301].
Hadits ibnumajah 4302
حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ
الْحَارِثِ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَجْتَمِعُ الْمُؤْمِنُونَ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ يُلْهَمُونَ أَوْ يَهُمُّونَ شَكَّ سَعِيدٌ فَيَقُولُونَ لَوْ تَشَفَّعْنَا
إِلَى رَبِّنَا فَأَرَاحَنَا مِنْ مَكَانِنَا فَيَأْتُونَ آدَمَ فَيَقُولُونَ أَنْتَ
آدَمُ أَبُو النَّاسِ خَلَقَكَ اللَّهُ بِيَدِهِ وَأَسْجَدَ لَكَ مَلَائِكَتَهُ فَاشْفَعْ
لَنَا عِنْدَ رَبِّكَ يُرِحْنَا مِنْ مَكَانِنَا هَذَا فَيَقُولُ لَسْتُ هُنَاكُمْ
وَيَذْكُرُ وَيَشْكُو إِلَيْهِمْ ذَنْبَهُ الَّذِي أَصَابَ فَيَسْتَحْيِي مِنْ ذَلِكَ
وَلَكِنْ ائْتُوا نُوحًا فَإِنَّهُ أَوَّلُ رَسُولٍ بَعَثَهُ اللَّهُ إِلَى أَهْلِ
الْأَرْضِ فَيَأْتُونَهُ فَيَقُولُ لَسْتُ هُنَاكُمْ وَيَذْكُرُ سُؤَالَهُ رَبَّهُ
مَا لَيْسَ لَهُ بِهِ عِلْمٌ وَيَسْتَحْيِي مِنْ ذَلِكَ وَلَكِنْ ائْتُوا خَلِيلَ الرَّحْمَنِ
إِبْرَاهِيمَ فَيَأْتُونَهُ فَيَقُولُ لَسْتُ هُنَاكُمْ وَلَكِنْ ائْتُوا مُوسَى عَبْدًا
كَلَّمَهُ اللَّهُ وَأَعْطَاهُ التَّوْرَاةَ فَيَأْتُونَهُ فَيَقُولُ لَسْتُ هُنَاكُمْ
وَيَذْكُرُ قَتْلَهُ النَّفْسَ بِغَيْرِ النَّفْسِ وَلَكِنْ ائْتُوا عِيسَى عَبْدَ
اللَّهِ وَرَسُولَهُ وَكَلِمَةَ اللَّهِ وَرُوحَهُ فَيَأْتُونَهُ فَيَقُولُ لَسْتُ
هُنَاكُمْ وَلَكِنْ ائْتُوا مُحَمَّدًا عَبْدًا غَفَرَ اللَّهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ
مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ فَيَأْتُونِي فَأَنْطَلِقُ قَالَ فَذَكَرَ هَذَا
الْحَرْفَ عَنْ الْحَسَنِ قَالَ فَأَمْشِي بَيْنَ السِّمَاطَيْنِ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ
قَالَ ثُمَّ عَادَ إِلَى حَدِيثِ أَنَسٍ قَالَ فَأَسْتَأْذِنُ عَلَى رَبِّي فَيُؤْذَنُ
لِي فَإِذَا رَأَيْتُهُ وَقَعْتُ سَاجِدًا فَيَدَعُنِي مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَدَعَنِي
ثُمَّ يُقَالُ ارْفَعْ يَا مُحَمَّدُ وَقُلْ تُسْمَعْ وَسَلْ تُعْطَهْ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ
فَأَحْمَدُهُ بِتَحْمِيدٍ يُعَلِّمُنِيهِ ثُمَّ أَشْفَعُ فَيَحُدُّ لِي حَدًّا فَيُدْخِلُهُمْ
الْجَنَّةَ ثُمَّ أَعُودُ الثَّانِيَةَ فَإِذَا رَأَيْتُهُ وَقَعْتُ سَاجِدًا فَيَدَعُنِي
مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَدَعَنِي ثُمَّ يُقَالُ لِي ارْفَعْ مُحَمَّدُ قُلْ تُسْمَعْ
وَسَلْ تُعْطَهْ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ فَأَرْفَعُ رَأْسِي فَأَحْمَدُهُ بِتَحْمِيدٍ
يُعَلِّمُنِيهِ ثُمَّ أَشْفَعُ فَيَحُدُّ لِي حَدًّا فَيُدْخِلُهُمْ الْجَنَّةَ ثُمَّ
أَعُودُ الثَّالِثَةَ فَإِذَا رَأَيْتُ رَبِّي وَقَعْتُ سَاجِدًا فَيَدَعُنِي مَا شَاءَ
اللَّهُ أَنْ يَدَعَنِي ثُمَّ يُقَالُ ارْفَعْ مُحَمَّدُ قُلْ تُسْمَعْ وَسَلْ تُعْطَهْ
وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ فَأَرْفَعُ رَأْسِي فَأَحْمَدُهُ بِتَحْمِيدٍ يُعَلِّمُنِيهِ ثُمَّ
أَشْفَعُ فَيَحُدُّ لِي حَدًّا فَيُدْخِلُهُمْ الْجَنَّةَ ثُمَّ أَعُودُ الرَّابِعَةَ
فَأَقُولُ يَا رَبِّ مَا بَقِيَ إِلَّا مَنْ حَبَسَهُ الْقُرْآنُ
Pada hari kiamat kelak, orang-orang beriman berkumpul
& mereka diberi ilham -atau di beri naluri (Sa'id ragu) - sehingga
mengatakan; Sebaiknya kita meminta syafa'at kepada Rabb kita 'azza wajalla
sehingga kita dapat pindah dari tempat kita sekarang juga.' Lalu mereka
mendatangi Adam 'Alaihis Salam seraya mengatakan; 'Wahai Adam, engkau adl
bapaknya manusia, Allah menciptakanmu dgn tangan-Nya sendiri & menjadikan
malaikat-malaikat-Nya sujud kepadamu, serta diajarkan pula kepadamu nama-nama
segala sesuatu, maka mintakanlah syafa'at kepada Rabbmu agar Dia memindahkan
kami dari tempat kami ini! Maka Adam berkata; Bukan aku yg kalian maksud
kemudian Adam menyebutkan dosa yg pernah ia lakukan, hingga dosa tersebut
membuatnya malu kepada Allah, (Adam berkata); Akan tetapi datanglah kalian
kepada Nuh karena ia adl rasul pertama kali yg Allah utus ke muka bumi, '
kemudian mereka pun mendatangi Nuh, namun dia berkata; Bukan aku yg kalian
maksud, lalu ia menyebutkan kesalahan & permintaannya kepada Rabbnya dgn
tanpa ilmu, hingga membuatnya malu; Akan tetapi datangilah Ibrahim kekasih Ar
Rahman, maka mereka pun mendatanginya, namun dia juga mengatakan; Bukan aku yg
kalian maksud, tapi datanglah kalian kepada Musa, seorang hamba yg Allah ajak
bicara secara langsung & diberikan Taurat. Maka merekapun mendatangi Musa,
& Musa juga berkata; Bukan aku yg kalian maksud, seraya menyebutkan
seseorang yg dia bunuh tanpa alasan yg benar; akan tetapi datanglah kalian kepada
Isa, hamba Allah & Rasul-Nya, kalimat serta ruh-Nya. Maka merekapun
mendatangi Isa, kemudian Isa juga mengatakan; Bukan aku yg kalian maksud, akan
tetapi datanglah kalian kepada Muhammad, seorang hamba yg dosanya telah
diampuni Allah, baik yg lalu atau yg akan datang. Beliau bersabda:
Maka mereka pun mendatangiku, lalu saya pun bertolak. Perawi berkata; Kemudian ia menyebutkan kalimat tersebut dari Al Hasan beliau bersabda:
Maka aku berjalan di antara barisan manusia dari kaum Mukminin. Perawi berkata; Kemudian kembali kepada hadits Anas; beliau bersabda:
Maka aku meminta izin kepada Rabbku, lalu aku pun diizinkan. Ketika aku melihat Rabbku, aku langsung jatuh sujud, kemudian Dia membiarkanku bersujud sekehendak-Nya, Kemudian dikatakan; Bangunlah ya Muhammad! berkatalah maka kamu akan didengarkan! memintalah maka kamu akan diberikan! & mintalah syafa'at maka kamu akan diberi (hak memberi syafa'at). Maka aku memuji-Nya dgn pujian yg Dia ajarkan kepadaku, kemudian aku memberikan syafa'at & Dia memberikan aku batasan, lalu aku memasukkan orang-orang ke dalam surga. Kemudian aku kembali (kepada Rabbku) untuk yg kedua kalinya, ketika aku melihat Rabbku aku langsung jatuh sujud, kemudian Dia membiarkanku bersujud sekehendak-Nya. Lalu dikatakan; 'Bangunlah ya Muhammad! berkatalah maka engkau akan didengarkan! memintalah maka engkau akan diberikan! & mintalah syafa'at maka engkau akan diberi (hak memberi syafa'at). Maka aku mengangkat kepalaku & memuji-Nya dgn pujian yg Dia ajarkan kepadaku, kemudian aku memberikan syafa'at & Dia memberikan aku batasan, lalu aku memasukkan orang-orang ke dalam surga. Kemudian aku kembali (kepada Rabbku) untuk yg ketiga kalinya, & ketika aku melihat Rabbku aku langsung tersungkur sujud kepada Rabbku, kemudian Dia membiarkanku bersujud sekehendak-Nya. Kemudian dikatakan; Bangunlah ya Muhammad! berkatalah maka engkau akan didengarkan! memintalah maka engkau akan diberikan! & mintalah syafa'at maka engkau akan diberi (hak memberi syafa'at). Maka aku mengangkat kepalaku & memuji-Nya dgn pujian yg Dia ajarkan kepadaku, kemudian aku memberikan syafa'at & Dia memberikan aku batasan, lalu aku memasukkan orang-orang ke dalam surga. Kemudian aku kembali (kepada Rabbku) untuk yg keempat kalinya, lalu aku berkata:
'Wahai Rabb, tak ada yg tersisa kecuali orang yg terhalang oleh Al Qur`an. [HR. ibnumajah No.4302].
Maka mereka pun mendatangiku, lalu saya pun bertolak. Perawi berkata; Kemudian ia menyebutkan kalimat tersebut dari Al Hasan beliau bersabda:
Maka aku berjalan di antara barisan manusia dari kaum Mukminin. Perawi berkata; Kemudian kembali kepada hadits Anas; beliau bersabda:
Maka aku meminta izin kepada Rabbku, lalu aku pun diizinkan. Ketika aku melihat Rabbku, aku langsung jatuh sujud, kemudian Dia membiarkanku bersujud sekehendak-Nya, Kemudian dikatakan; Bangunlah ya Muhammad! berkatalah maka kamu akan didengarkan! memintalah maka kamu akan diberikan! & mintalah syafa'at maka kamu akan diberi (hak memberi syafa'at). Maka aku memuji-Nya dgn pujian yg Dia ajarkan kepadaku, kemudian aku memberikan syafa'at & Dia memberikan aku batasan, lalu aku memasukkan orang-orang ke dalam surga. Kemudian aku kembali (kepada Rabbku) untuk yg kedua kalinya, ketika aku melihat Rabbku aku langsung jatuh sujud, kemudian Dia membiarkanku bersujud sekehendak-Nya. Lalu dikatakan; 'Bangunlah ya Muhammad! berkatalah maka engkau akan didengarkan! memintalah maka engkau akan diberikan! & mintalah syafa'at maka engkau akan diberi (hak memberi syafa'at). Maka aku mengangkat kepalaku & memuji-Nya dgn pujian yg Dia ajarkan kepadaku, kemudian aku memberikan syafa'at & Dia memberikan aku batasan, lalu aku memasukkan orang-orang ke dalam surga. Kemudian aku kembali (kepada Rabbku) untuk yg ketiga kalinya, & ketika aku melihat Rabbku aku langsung tersungkur sujud kepada Rabbku, kemudian Dia membiarkanku bersujud sekehendak-Nya. Kemudian dikatakan; Bangunlah ya Muhammad! berkatalah maka engkau akan didengarkan! memintalah maka engkau akan diberikan! & mintalah syafa'at maka engkau akan diberi (hak memberi syafa'at). Maka aku mengangkat kepalaku & memuji-Nya dgn pujian yg Dia ajarkan kepadaku, kemudian aku memberikan syafa'at & Dia memberikan aku batasan, lalu aku memasukkan orang-orang ke dalam surga. Kemudian aku kembali (kepada Rabbku) untuk yg keempat kalinya, lalu aku berkata:
'Wahai Rabb, tak ada yg tersisa kecuali orang yg terhalang oleh Al Qur`an. [HR. ibnumajah No.4302].
Hadits ibnumajah 4303
قَالَ يَقُولُ قَتَادَةُ عَلَى أَثَرِ هَذَا الْحَدِيثِ
وَحَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ يَخْرُجُ مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَكَانَ فِي قَلْبِهِ
مِثْقَالُ شَعِيرَةٍ مِنْ خَيْرٍ وَيَخْرُجُ مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ وَكَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ بُرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ وَيَخْرُجُ مِنْ النَّارِ
مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَكَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ
خَيْرٍ
Akan keluar dari neraka orang yg berkata LA ILAHA ILLA
AllAH (tidak ada ilah kecuali Allah) jika dalam hatinya terdapat kebaikan walau
sebiji gandum, & akan keluar dari neraka orang yg berkata LA ILAHA ILLA
AllAH jika dalam hatinya terdapat kebaikan walau sebiji sawi [HR. ibnumajah No.4303].
Hadits ibnumajah 4304
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَرْوَانَ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ
بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا عَنْبَسَةُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَلَّاقِ بْنِ أَبِي
مُسْلِمٍ عَنْ أَبَانَ بْنِ عُثْمَانَ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَشْفَعُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَلَاثَةٌ
الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْعُلَمَاءُ ثُمَّ الشُّهَدَاءُ
Tiga golongan yg akan memberi syafa'at kelak di hari
Kiamat, yaitu; Para Nabi kemudian para ulama & para syuhada`. [HR. ibnumajah No.4304].
Hadits ibnumajah 4305
حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الرَّقِّيُّ
حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ
عَقِيلٍ عَنْ الطُّفَيْلِ بْنِ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ كُنْتُ إِمَامَ
النَّبِيِّينَ وَخَطِيبَهُمْ وَصَاحِبَ شَفَاعَتِهِمْ غَيْرَ فَخْرٍ
Jika datang hari Kimat, maka aku akan menjadi pemimpin
para Nabi & juru bicara mereka, Pemilik syafa'at mereka yg tak sombong. [HR. ibnumajah No.4305].
Hadits ibnumajah 4306
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى
بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ ذَكْوَانَ عَنْ أَبِي رَجَاءٍ الْعُطَارِدِيِّ
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ الْحُصَيْنِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ لَيَخْرُجَنَّ قَوْمٌ مِنْ النَّارِ بِشَفَاعَتِي يُسَمَّوْنَ الْجَهَنَّمِيِّينَ
Akan keluar suatu kaum dari mereka karena syafa'atku,
mereka disebut dgn Al Juhannamiyah. [HR. ibnumajah No.4306].
Hadits ibnumajah 4307
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا
عَفَّانُ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا خَالِدٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَقِيقٍ
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي الْجَدْعَاءِ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَيَدْخُلَنَّ الْجَنَّةَ بِشَفَاعَةِ رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي
أَكْثَرُ مِنْ بَنِي تَمِيمٍ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ سِوَاكَ قَالَ سِوَايَ قُلْتُ
أَنْتَ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَنَا
سَمِعْتُهُ
Akan masuk surga dari ummatku dgn syafa'atnya seorang
laki-laki yg jumlahnya lebih banyak dari Bani Tamim. Mereka (para sahabat)
bertanya; Wahai Rasulullah, apakah (orang yg memberi syafa'at) selain engkau? 
beliau menjawab: Ya, orang selain diriku. Abdullah bin Syaqiq berkata; Apakah kamu mendengarnya dari Rasulullah ?
dia menjawab; Ya, saya mendengarnya dari beliau. [HR. ibnumajah No.4307].
beliau menjawab: Ya, orang selain diriku. Abdullah bin Syaqiq berkata; Apakah kamu mendengarnya dari Rasulullah ?
dia menjawab; Ya, saya mendengarnya dari beliau. [HR. ibnumajah No.4307].
Hadits ibnumajah 4308
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا صَدَقَةُ
بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا ابْنُ جَابِرٍ قَالَ سَمِعْتُ سُلَيْمَ بْنَ عَامِرٍ يَقُولُ
سَمِعْتُ عَوْفَ بْنَ مَالِكٍ الْأَشْجَعِيَّ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَدْرُونَ مَا خَيَّرَنِي رَبِّيَ اللَّيْلَةَ قُلْنَا
اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّهُ خَيَّرَنِي بَيْنَ أَنْ يَدْخُلَ نِصْفُ
أُمَّتِي الْجَنَّةَ وَبَيْنَ الشَّفَاعَةِ فَاخْتَرْتُ الشَّفَاعَةَ قُلْنَا يَا رَسُولَ
اللَّهِ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنَا مِنْ أَهْلِهَا قَالَ هِيَ لِكُلِّ مُسْلِمٍ
Tahukah kalian apa yg Rabbku berikan pilihan kepadaku malam ini? Kami menjawab; Allah & rasul-Nya yg lebih mengetahui. Beliau bersabda:
Sesungguhnya Dia memberikan pilihan antara masuknya setengah dari ummatku ke dalam surga atau berlakunya syafa'at, maka saya memilih syafa'at. Kami berkata; Wahai Rasulullah, do'akanlah kami kepada Allah agar menjadikan kami termasuk orang-orang yg mendapatkan syafa'at!. Beliau menjawab: Syafa'at itu berlaku untuk seluruh orang Islam. [HR. ibnumajah No.4308].
0 comments:
Posting Komentar