Learning is a blast...! Be a real moslem woman is a must. And to become an Industrial Engineering woman need to be fast...! As far as the journey of my life,... let the faith keep me up on the right path...

ﺍﻟﺴﻼﻢﻋﻠﻴﻜﻢ ﻭﺮﺤﻤﺔﷲ ﻭﺑﺭﻜﺎﺘﻪ

Pembaca yang saya hormati,

Tulisan-tulisan dalam blog ini insya Allah selalu diupayakan keorisinalitasnya. Saya berharap pembaca juga bersedia menjaga orisinalitasnya dengan mencantumkan nama blog ini (http://www.sitnah-aisyah.blogspot.com). Semoga Anda memperoleh manfaat dari blog ini.

Rabu, 09 November 2016

Syafa'at




I.    Pengertian :
*      Lughah :
Syafaat berasal dari kata asy-sayafa’ (ganda) yang merupakan lawan kata dari al-witru (tunggal), yaitu menjadikan sesuatu yang tunggal menjadi ganda, seperti membagi satu menjadi dua, tiga menjadi empat, dan sebagainya.
*      Istilah :
Menjadikan sesuatu sebagai perantara untuk meraih suatu manfaat atau menolak suatu mud ha rat.
Syafa’at berarti menjadi penengah bagi orang lain dengan memberikan manfaat kepadanya atau menolak madharat, yakni pemberi syafaat itu memberikan manfaat kepada orang yang diberi syafaat atau menolak madharat untuknya.
II.  Pembagian Syafaat
*      Syafaat yang shohih 
*      Syafaat batil / manzilah

Syafaat yang Shohih


  • Syafaat yang didasarkan pada dalil yang kuat dan shahih, yaitu ditegaskan Allah Subhanahu  wa Ta’ala dalam Kitab-Nya, atau yang dijelaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

  • Syafaat diberikan kepada orang-orang beriman
  •  Syafaat tidak diberikan kecuali kepada orang-orang yang bertauhid dan ikhlas; karena Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa yang paling bahagia mendapatkan syafaatmu?” Beliau menjawab, “Orang yang mengatakan, ‘Laa ilaaha illallahikhlas dari dalam hatinya.”
  • Ada 3 syaratnya :
            1)    Orang yang bersyafaat Harus mendapatkan ridho dari Allah 
                 Orang yang bisa memberikan syafaat ketiga di atas adalah :
     -       Rasulullah
   -      orang yang syahid (orang yang syahid dimedan perang memiliki 6 keistimewaan, yaitu diampuni seluruh dosanya, dibebaskan dari fitnah kubur, diperlihatkan tempat tinggalnya disyurga, diberikan mahkota kebesaran yang permatanya satu buah lebih berharga dari , dikawinkan dengan 72 bidadari)
    -       Orang beriman
    -       Al-Qur’an
    -       Puasa, dll
            2) Ridho Allah terhadap orang yang diberikan syafaat 
            3) Ada izin dari Allah terhadap orang yang memberikan syafaat
     Agar syafaat seseorang diterima, maka harus memenuhi ketiga syarat di atas
  • Syarat-syarat di atas secara global dijelaskan Allah dalam firman-Nya,

 Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikit pun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya).” (QS. An-Najm: 26)

Kemudian firman Allah, “Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 255)
Lalu firman Allah,
يَوْمَئِذٍ لاَتَنفَعُ الشَّفَاعَةُ إِلاَّ مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَرَضِيَ لَهُ قَوْلاً
Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridhai perkataannya.” (QS. Thaha: 109)
Kemudian firman Allah,
يَعْلَمُ مَابَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَاخَلْفَهُمْ وَلاَيَشْفَعُونَ إِلاَّ لِمَنِ ارْتَضَى وَهُم مِّنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ
Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tidak memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati kerana takuT kepada-Nya.” (QS. Al-Anbiya’: 28)
-           
Menurut penjelasan para ulama, syafaat yang diterima, dibagi menjadi dua macam:
Pertama, syafaat umum. Makna umum, Allah mengizinkan kepada salah seorang dari hamba-hamba-Nya yang shalih untuk memberikan syafaat kepada orang-orang yang diperkenankan untuk diberi syafaat. Syafaat ini diberikan kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, nabi-nabi lainnya, orang-orang jujur, para syuhada, dan orang-orang shalih. Mereka memberikan syafaat kepada penghuni neraka dari kalangan orang-orang beriman yang berbuat maksiat agar mereka keluar dari neraka.
Kedua, syafaat khusus, yaitu syafaat yang khusus diberikan kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam dan merupakan syafaat terbesar yang terjadi pada Hari Kiamat. Tatkala manusia dirundung kesedihan dan bencana yan tidak kuat mereka tahan, mereka meminta kepada orang-orang tertentu yang diberi wewenang oleh Allah untuk memberi syafaat. Mereka pergi kepada Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa. Tetapi mereka semua tidak bisa memberikan syafaat hingga mereka datang kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau berdiri dan memintakan syafaat kepada Allah, agar menyelamatkan hamba-hamba-Nya dari adzab yang besar ini. Allah pun memenuhi permohonan itu dan menerima syafaatnya. Ini termasuk kedudukan terpuji yang dijanjikan Allah di dalam firman-Nya,
وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَّكَ عَسَى أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا
Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Israa’: 79)
Di antara syafaat khusus yang diberikan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah syafaatnya kepada penghuni surga agar mereka segera masuk surga, karena penghuni surga ketika melewati jembatan, mereka diberhentikan di tengah jembatan yang ada di antara surga dan neraka. Hati sebagian mereka bertanya-tanya kepada sebagian lain, hinngga akhirnya mereka bersih dari dosa. Kemudian mereka baru diizinkan masuk surga. Pintu surga itu bisa terbuka karena syafaat Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Syafaat khusus penduduk syurga untuk masuk kedalam syurga -* ketika manusia sudah diproses dan berjalan menuju syurga maka seketika itu pula pintu syurga yang terbuka lalu tertutup. Dan penjaga syurga bertanya kepada mereka ...  Di antara syafaat khusus yang diberikan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah syafaatnya kepada penghuni surga agar mereka segera masuk surga, karena penghuni surga ketika melewati jembatan, mereka diberhentikan di tengah jembatan yang ada di antara surga dan neraka. Hati sebagian mereka bertanya-tanya kepada sebagian lain, hinngga akhirnya mereka bersih dari dosa. Kemudian mereka baru diizinkan masuk surga. Pintu surga itu bisa terbuka karena syafaat Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Syafaat khusus untuk Abu Thalib -* Syafaat untuk diringankan siksanya yaitu diangkat dari dasar neraka ke siksa neraka yang paling ringan, akan tetapi siksaannya berupa dikenakan sepatu yang membuat otak mendidih
Ibnu Abil Izz Al Hanafi (murid Ibnu Katsir) menyebutkan bahwa syafa’at ada 8, yaitu :
1)   Syafa’at Udzma, ini khusus bagi Nabi Muhammad.
2)   Syafa’atnya Nabi Muhammad kepada kaum yang kebaikan dan keburukannya seimbang untuk masuk surga.
3)   Syafa’atnya Nabi Muhammad kepada siapa yang disuruh masuk neraka untuk tidak memasukinya.
4)   Syafa’atnya Nabi Muhammad untuk mengangkat derajat ahlul jannah.
5)   Syafa’atnya Nabi Muhammad kepada suatu kaum untuk masuk jannah tanpa hisab.
6)   Syafa’atnya Nabi Muhammad untuk meringankan adzab neraka bagi siapa yang berhak mendapatkannya, seperti syafa’atnya kepada pamannya Abu Thalib.
7)   Syafa'tnya Nabi Muhammad kepada segenap kaum mu'minin agar diizinkan masuk syurga.
Syafa'atnya Nabi Muhammad kepada para pelaku dosa besar dari kalangan umatnya yang masuk neraka agar keluar darinya. (Syarh Aqidah Thohawiyyah oleh Ibnu Abil Iz Al Hanafi)

Macam-Macam Syafa'at pada Hari Kiamat


Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata:
“Rasulullah memberikan syafa’at kepada manusia pada hari kiamat, yaitu dengan memberikan ketenangan pada waktu mereka dalam ketakutan. Rasul juga memberikan syafa’at dengan memohon keringanan adzab untuk sebagian orang-orang kafir, sebagaimana yang terjadi pada diri paman beliau Abu Thalib. Rasul juga memberikan syafa’atnya dengan memohon kepada Allah untuk mengeluarkan sebagian orang mukmin dari siksa api neraka atau memohonkan mereka untuk tidak dimasukkan ke dalam api neraka setelah ditetapkan bahwa mereka akan masuk neraka. Rasul juga dapat memberikan syafa’at bagi seseorang untuk masuk surga tanpa melalui proses hisab atau dengan mengangkat derajat sebagian mereka untuk bisa tinggal dalam surga yang lebih tinggi.” (Fathul Bari syarah Shahih Bukhari)
Ibnu Abil Izz Al Hanafi (murid Ibnu Katsir) menyebutkan bahwa syafa’at ada 8, yaitu :
1.    Syafa’at Udzma, ini khusus bagi Nabi Muhammad.
2.   Syafa’atnya Nabi Muhammad kepada kaum yang kebaikan dan keburukannya seimbang untuk masuk surga.
3.   Syafa’atnya Nabi Muhammad kepada siapa yang disuruh masuk neraka untuk tidak memasukinya.
4.    Syafa’atnya Nabi Muhammad untuk mengangkat derajat ahlul jannah.
5.   Syafa’atnya Nabi Muhammad kepada suatu kaum untuk masuk jannah tanpa hisab.
6.   Syafa’atnya Nabi Muhammad untuk meringankan adzab neraka bagi siapa yang berhak mendapatkannya, seperti syafa’atnya kepada pamannya Abu Thalib.
7.   Syafa'tnya Nabi Muhammad kepada segenap kaum mu'minin agar diizinkan masuk syurga.
8.   Syafa'atnya Nabi Muhammad kepada para pelaku dosa besar dari kalangan umatnya yang masuk neraka agar keluar darinya. (Syarh Aqidah Thohawiyyah oleh Ibnu Abil Iz Al Hanafi)

Syafa’at pada hari kiamat ada bermacam-macam seperti yang telah disebutkan dalam banyak hadits. Macam-macam syafa’at tersebut di antaranya adalah:

1.      Syafa’at Terbesar Al Udzma atau Al Kubra Nabi Muhammad di Padang Mahsyar

Syafaat Uzhma adalah syafaat ketika semua manusia dikumpulkan dipadang mashyar dan mereka sudah tidak tahan dengan panas sehingga mereka mendatangi Adam, lalu Nabi Adam menyuruh mereka ke nabi lain ... (lihat hadits)
Tatkala manusia dirundung kesedihan dan bencana yan tidak kuat mereka tahan, mereka meminta kepada orang-orang tertentu yang diberi wewenang oleh Allah untuk memberi syafaat. Mereka pergi kepada Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa. Tetapi mereka semua tidak bisa memberikan syafaat hingga mereka datang kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau berdiri dan memintakan syafaat kepada Allah, agar menyelamatkan hamba-hamba-Nya dari adzab yang besar ini. Allah pun memenuhi permohonan itu dan menerima syafaatnya. Ini termasuk kedudukan terpuji yang dijanjikan Allah di dalam firman-Nya,
وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَّكَ عَسَى أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا
Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Israa’: 79)

Dari Abu Hurairoh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada suatu hari Rasulullah diberi daging, dengan disuguhkan kepada beliau bagian lengan kambing dan beliau menyukainya. Lalu, beliau menggigitnya dengan ujung giginya. Kemudian beliau bersabda: “Aku adalah pemimpin (tuan / sayyid) manusia pada Hari Kiamat. Apakah kamu sekalian mengerti mengapa demikian? Pada Hari Kiamat, Allah mengumpulkan semua manusia, yang dahulu dan yang akhir di suatu tempat. Lalu mereka mendengar suara penyeru. Pandangan pun tiada terhalang, dan matahari pun dekat. Manusia mengalami kesedihan dan kesulitan yang tiada mampu mereka tanggung dan mereka pikul. Maka, sebagian di antara mereka berkata kepada sebagian yang lain, “Tidakkah kamu tahu apa yang kamu alami? Tidakkah kamu tahu apa yang menimpamu? Tidakkah kamu cari siapa yang dapat memberimu syafa’at kepada Rabb-mu?”
Sebagian yang lain di antara mereka pun menjawab, “Datangilah Adam.”
Kemudian mereka pun mendatangi Adam, dan berkata: “Wahai Adam, engkau adalah bapak manusia, Allah telah menciptakanmu dengan Tangan-Nya. Lalu Dia tiupkan kepadamu Ruh-Nya dan memerintahkan para Malaikat agar mereka bersujud (hormat) kepadamu. Maka mintalah kepada Rabb-mu syafa’at bagi kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang menimpa kami?”.
Nabi Adam menjawab: “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka yang tiada pernah Dia marah sebelum dan sesudahnya seperti itu. Rabb-ku pernah melarangku mendekati sebuah pohon (di surga dulu),tetapi aku berma’shiyat, melanggar larangan itu karena nafsuku. Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada Nabi lain selainku. Pergilah kalian kepada Nuh.”
Kemudian mereka mendatangi Nabi Nuh, lalu berkata : “Wahai Nuh, engkau adalah rasul pertama di bumi. Allah menyebutmu sebagai hamba yang sangat bersyukur. Maka mintakanlah kepada Rabb-mu syafa’at untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang telah menimpa kami?”.
Nabi Nuh menjawab : “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum dan sesudahnya. Sungguh, dahulu aku pernah mendo’akan jelek untuk kaumku. Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada Ibrahim.”
Kemudian manusia mendatangi Nabi Ibrahim, dan berkata: “Engkau adalah Nabi Allah dan Kekasih-Nya dari penduduk bumi. Mintakanlah syafa’at kepada Rabb-mu untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang sedang menimpa kami?”.
Kemudian Nabi Ibrahim pun menjawab, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum dan sesudahnya.
Nabi Ibrahim menyebutkan dusta yang telah dialaminya (ketika ia menghancurkan berhala – pen). Nabi Ibrahim berkata, “Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada Nabi lain selainku. Pergilah kalian kepada Musa.”
Maka mereka pun mendatangi Musa, lalu berkata: “Wahai Musa, engkau adalah utusan Allah. Allah telah memberimu keutamaan dengan risalah-Nya, dan firman-Nya kepadamu melebihi manusia lain. Maka mintakanlah syafa’at kepada Rabb-mu untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang telah menimpa kami?”.
Nabi Musa menjawab: “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum dan sesudahnya. Sesungguhnya aku pernah membunuh seseorang yang aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada ‘Isa.”  
Lalu mereka mendatangi Nabi ‘Isa, seraya berkata: “Wahai Isa, engkau adalah utusan Allah. Engkau telah berbicara kepada manusia ketika engkau baru lahir. Engkau terwujud dengan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam dengan tiupan roh dari-Nya. Maka, mintakanlah syafa’at kepada Rabb-mu untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang sedang menimpa kami?”.
Nabi ‘Isa menjawab: “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum dan sesudahnya.”
Nabi ‘Isa tidak menyebutkan dosa yang pernah dialaminya.
Kata Nabi ‘Isa selanjutnya, “Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada Muhammad.”
Kemudian mereka mendatangiku, dan berkata : “Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah, engkau adalah Penutup para Nabi, Allah telah memberikan ampunan atas dosa yang telah engkau lakukan (seandainya ada). Maka, mintakanlah syafa’at kepada Rabb-mu untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang sedang menimpa kami?”.
Maka aku (Nabi Muhammad) pergi dan mendatangi Tahtal ‘Arsy (ke bawah ‘Arsy). Lalu aku bersujud kepada Rabb-ku. Kemudian Allah memberiku pertolongan dan pemberitahuan yang tidak pernah Dia berikan kepada seseorang sebelum aku. Dia berfirman, “Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu. Mintalah, maka engkau akan diberi. Mintalah syafa’at, maka engkau akan diizinkan untuk memberi syafa’at.”
Lalu aku mengangkat kepalaku, dan aku mengatakan : “Ya Allah, tolonglah umatku! Tolonglah umatku!”
Aku dijawab: “Wahai Muhammad, masukkanlah ke surga umatmu yang bebas hisab dari pintu kanan surga, dan selain mereka lewat pintu yang lain lagi.Demi Allah yang menguasai diri Muhammad, sesungguhnya antara dua daun pintu di surga sebanding antara Mekkah dan Hajar (daerah Palestina – pent.), atau antara Mekkah dan Bashra (Iraq – pent.).” (HR. Muslim no. 194)

2.      Syafa’atnya Nabi Muhammad kepada Kaum yang Kebaikan dan Keburukannya Seimbang (Ashabul A’raf) untuk Masuk Surga

Orang mukmin yang mempunyai kebaikan dan keburukan yang seimbang (ashabul a’raf), maka mereka berada di antara batas surga dan neraka. Ketika mereka melihat ke arah surga, mereka ingin dapat memasukinya. Tetapi ketika mereka melihat ke arah neraka, mereka memohon kepada Allah agar tidak dimasukkan ke dalamnya.

Allah berfirman: “Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A’raaf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. dan mereka menyeru penduduk surga: “Salaamun ‘alaikum[Mudah-mudahan Allah melimpahkan kesejahteraan atas kalian]“. mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya). Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang dzalim itu. Dan orang-orang yang di atas A’raaf memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya dengan mengatakan: “Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah memberi manfaat kepadamu.” (QS. Al A’raf 46-48)

Hudzaifah berkata: “Ashabul A’raf adalah kaum yang mana antara kebaikan dan keburukan mereka seimbang, kemudian Allah berfirman kepada mereka: “Masuklah surga dengan anugerah dan ampunan-Ku, pada hari ini janganlah kalian takut dan janganlah kalian bersedih hati.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam Tafsirnya, 12/453, no 14688. Atsar yang serupa dengan ini juga diriwayatkan oleh Al-Jama’ah)
Ibnu Katsir berkata: “Semua pendapat ini adalah saling berdekatan, yang kembali kepada satu makna yaitu mereka (ashabul a’raf-pen) adalah kaum yang kebaikan dan keburukannya sama”. (Tafsir Ibnu Katsir, 3/121)
Ibnu Mas’ud berkata : “Ketika mereka (ashabul a’raf) berada di atas Sirath, mereka boleh mengetahui keadaan penduduk surga dan penduduk neraka. Maka apabila mereka melihat keadaan penduduk syurga mereka berkata: “Keselamatan bagi kalian”, dan ketika mereka mengalihkan pandangan mereka ke sebelah kiri mereka bisa melihat penduduk neraka, mereka berkata : “Ya Allah jangan jadikan kami bersama orang-orang dzalim”. Mereka berlindung kepada Allah dari neraka yang mereka lihat itu. Adapun orang yang banyak berbuat kebaikan, maka mereka diberi cahaya, yang mana cahaya itu berada di depan mereka dan samping kanan mereka dan mereka berjalan dengannya. Pada hari itu setiap hamba dan umat diberi cahaya. Maka ketika mereka semua sampai di atas Sirath, Allah mencabut cahaya orang-orang munafik, ketika ahli surga melihat apa yang terjadi pada orang munafik maka mereka berkata : “Ya Tuhan kami sempurnakanlah cahaya kami”. Adapun ashabul a’raf cahaya mereka hanya ada di arah depan saja. Itulah yang difirmankan oleh Allah : “Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya).” (Tafsir Ath-Thabari 12/454, juga disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, 3/419)

Ashabul a’raf tertahan di antara batas surga dan neraka. Mereka baru bisa memasuki surga setelah mendapat syafa’at dari Nabi Muhammad sholallahu ‘alaihi wasallam. Imam Ath-Thabrani meriwayatkan, bahwa Ibnu Abbas berkata: “Orang-orang yang berlomba-lomba dalam kebajikan memasuki surga dengan tanpa hisab, orang yang pertengahan memasuki surga dengan rahmat Allah, dan orang yang mendzalimi diri mereka sendiri dan ashabul a’raf mereka masuk surga dengan syafa’at dari Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam.” (Al-Mu’jam Al-Kabir Lith-Thabrani, 9/391, no 11292)

Ibnu Katsir berkata: “Ketika menjelaskan keadaan kaum muslimin di hari kiamat nanti berdasarkan ayat ini, Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhu berkata : “Orang yang lebih dahulu berbuat kebaikan akan masuk surga dengan tanpa hisab dan orang yang muqtasid akan masuk ke surga dengan rahmat Allah, sedangkan orang yang mendzalimi dirinya sendiri dan ashabul a’raf akan masuk surga dengan syafaat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Tafsir Ibnu Katsir III/556)

3.      Syafa’at Nabi Muhammad kepada Calon Penghuni Surga yang Berada di Luar Pintu Surga Agar Segera Masuk Surga

Pintu-pintu surga dapat dibuka dengan izin Allah melalui syafa’at Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dalil tentang syafa’at ini bisa ditemui dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
"Dan orang-orang yang bertakwa kepada Rabb-nya dibawa ke surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu, sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka para penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu. Maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya." (QS. Az Zumar: 73)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku akan mendatangi pintu surga pada hari kiamat, lalu aku meminta agar pintu tersebut dibuka. Penjaga pintu surga bertanya: Siapakah engkau? Aku menjawab: Muhammad. Penjaga itu berkata: Aku diperintahkan agar tidak membukakannya untuk siapa pun sebelum engkau.” (HR. Muslim, no. 292)

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku adalah manusia yang paling banyak pengikutnya pada hari Kiamat. Dan akulah orang pertama yang mengetuk pintu surga.” (HR. Muslim, no. 290)

Syafa’at ini adalah salah satu syafa’at khusus yang Allah Ta’ala berikan kepada Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan tidak diberikan kepada Nabi atau Rasul yang lainnya. Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa tidak ada yang masuk surga, kecuali setelah syafa’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdasarkan hadits di atas.

4.      Syafa’at Nabi Muhammad kepada Pamannya Abu Thalib Agar Diringankan Adzabnya

Dari Abbas bin Abdul Muthalib berkata: “Wahai Rasulullah, apakah engkau bisa memberi manfaat kepada Abu Thalib, sebab dia dulu memeliharamu dan membelamu?” Jawab beliau: “Benar, dia berada di neraka yang paling dangkal, kalau bukan karenaku niscaya dia berada di neraka yang paling bawah.“ (HR. Bukhari no. 3883, 6208, 6572, Muslim 209)

Dari Abu Sa`id Al Khudri, berkata: Disebutkan di sisi Rasulullah pamannya Abu Thalib, maka beliau bersabda: ” Semoga syafa’atku bermanfaat baginya kelak di hari kiamat. Karena itu dia ditempatkan di neraka yang paling dangkal, api neraka mencapai mata kakinya lantaran itu otaknya mendidih”. (HR.Bukhari 3885, 6564, Muslim 210)

Adzab neraka yang akan diterima oleh Abu Thalib adalah menggunakan alas kaki dari api neraka yang akan membuat otaknya mendidih. Syafa’at ini khusus untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Tidak ada seorang pun yang dapat memberikan syafa’at kepada orang kafir, kecuali Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Syafa’at beliau shallallahu 'alaihi wasallam kepada Abu Thalib tidaklah diberikan atau dikabulkan secara sempurna, akan tetapi sekedar meringankan adzab Abu Thalib, lantaran di dunia ia membela keponakannya dari gangguan kaum kafir Quraisy. Abu Thalib tidak bisa keluar dari neraka karena beliau tidak mau mengucapkan kalimat tauhid “Laa ilaaha illallaah” menjelang wafatnya sehingga beliau mati dalam keadaan kafir.

5.      Syafa’at Nabi Muhammad kepada Kaum Mukminin Agar Bisa Masuk Surga Tanpa Hisab

Dari Abu Hurairoh, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda (ketika mengabarkan tentang syafa’at Al Udzma) :   Aku dijawab: Wahai Muhammad, masukkanlah ke surga umatmu yang bebas hisab dari pintu kanan surga, dan selain mereka lewat pintu yang lain lagi. (HR. Muslim no. 194)

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan tentang orang-orang yang masuk surga tanpa hisab, beliau bersabda: “Mereka itu adalah orang-orang yang tidak meminta ruqyah, tidak pernah minta diobati dengan metode kai, tidak tathayyur dan hanya bertawakal kepada Rabb mereka.” Ukasyah bin Mihshan berdiri dan mengatakan: “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar aku termasuk golongan mereka.” Rasulullah menjawab: “Engkau termasuk golongan mereka.” Sahabat yang lain lantas berdiri dan mengatakan: “Berdoalah kepada Allah agar aku termasuk di antara mereka.” Rasulullah bersabda: “Engkau sudah kedahuluan Ukasyah.” (HR. Bukhari 5705 dan Muslim 220)

6.      Syafa’at dari Allah, Para Nabi, Para Malaikat, dan Kaum Mukminin kepada Para Penghuni Neraka yang Beriman Agar Dikeluarkan dari Neraka

Dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘Para malaikat telah memberikan syafa’at, para nabi juga sudah memberikan syafa’at, dan kaum mukmininpun sudah memberikan syafa’at. Maka tidak ada lagi yang lain, kecuali Allah –Arhamur Rahimin. Maka Allah mengambil sekelompok orang dengan satu genggaman-Nya dari neraka. Lalu Dia mengeluarkan dari neraka sekelompok orang yang tidak pernah berbuat kebaikan sama sekali.” (HR. Bukhari dalam Fathul Bari XIII/421 hadits no. 7439 Kitab At Tauhid Bab 24 dan Muslim dalam Shahih Muslim Syarh Nawawi III/32 hadits no. 453)

a.      Syafa’at dari Allah
Dibawakan oleh Hammad bin Zaid, ia berkata: Aku bertanya kepada Amr bin Dinar: “Apakah engkau mendengar Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu membawakan hadits dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah mengeluarkan sekelompok orang dari neraka dengan syafaat?” Amr bin Dinar menjawab: “Ya.” (HR. Bukhari dalam Kitab Ar Riqaq Bab Shifatil Jannah wan Naar no. 6558 Fathul Bari XI/416 dan Muslim Kitab Al Iman Bab Adna Ahlil Jannah Manzilatan Fiha III/49 no. 470 Syarh Nawawi)

Dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Maka Allah berfirman: Para Malaikat, para Nabi, orang-orang yang beriman memberikan syafa’at, dan tidak ada yang tersisa kecuali lalu Allah Yang Maha Pengasih akan menggenggam satu atau dua genggaman dari neraka kemudian mengeluarkan dari neraka itu kaum, yang tidak pernah dari kaum itu beramal dengan amalan yang baik sedikitpun, sedang mereka telah terbakar dan menjadi arang. Kemudian ditumpahkan pada mereka Al Hayaat (air kehidupan) sehingga mereka pun tumbuh seperti biji kecambah. Lalu keluarlah jasad mereka kembali bagaikan mutiara dan pada pundak mereka tertulis “Bebas dari neraka”, dan dikatakanlah pada mereka, “Masuklah kalian kedalam surga. (Diriwayatkan oleh Ahmad no. 11917 berkata Syaikh Syuaib Al Arna’uth bahwa Hadits ini sanadnya shahih sesuai dengan syarat Shahih Imam Al Bukhari dan Imam Muslim, dan diriwayatkan oleh Al Imam Abdurrozaq no: 20857)

b.      Syafa’at dari Para Nabi
Dari Imran bin Hushain dari Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Akan keluar sekelompok orang dari neraka karena syafa’at Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam (dalam suatu lafazh yang lain: “Karena syafa’atku”). Lalu mereka masuk ke dalam surga. Mereka dinamakan Jahannamiyyun.” (HR. Abu Dawud dalam Shahih Abu Dawud Kitab As-Sunnah Bab fii Asy-Syafaah hadits no. 4740 dan Ibnu Majah dalam Shahih Ibnu Majah Kitab Az Zuhd Bab Dzikri Asy Syafaah hadits no. 3501)

c.       Syafa’at dari Para Malaikat
Allah berfirman: “Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafa’at mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai-Nya.” (QS. An-Najm: 26)
Abu Hasan Al-Asyari berkata: “Kalau ada orang yang bertanya tentang Firman Allah: “Dan mereka (malaikat) tiada memberi syafaat, melainkan kepada orang yang diridhai-Nya” (QS. Al-Anbiya: 28). Maka jawabnya: Mereka (malaikat) itu hanya memberi syafaat kepada orang-orang yang diridhai Allah.” (Al-Ibanah An-Ushul Ad-Diyanah oleh Abu Hasan Al-Asyari)

d.      Syafa’at dari Kaum Mukminin
Dari Abu Sa’id al Khudri radhiyallahu ‘anhu, melalui jalan riwayat lain, yaitu dari ‘Atha’ bin Yasar, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Demi Allah Yang jiwaku ada di tangan-Nya. Tidak ada seorangpun di antara kamu yang lebih bersemangat di dalam menyerukan permohonannya kepada Allah untuk mencari cahaya kebenaran, dibandingkan dengan kaum Mukminin ketika memohonkan permohonannya kepada Allah pada hari Kiamat untuk (menolong) saudara-saudaranya sesama kaum Mukminin yang berada di dalam neraka. Mereka berkata: “Wahai Rabb kami, mereka dahulu berpuasa, shalat dan berhaji bersama-sama kami”. Maka dikatakan (oleh Allah) kepada mereka: “Keluarkanlah oleh kalian (dari neraka) orang-orang yang kalian tahu!” Maka bentuk-bentuk fisik merekapun diharamkan bagi neraka (untuk membakarnya). Kemudian orang-orang Mukmin ini mengeluarkan sejumlah banyak orang yang dibakar oleh neraka sampai pada pertengahan betis dan lututnya.” [HR. Bukhari dan Muslim. Lihat Fathul Bari (XIII/421), hadits no. 7439, Kitab at Tauhid, Bab 24, dengan lafadz berbeda. Dan lihat Shahih Muslim Syarh Nawawi, tahqiq Khalil Ma’mun Syiha (III/32), hadits no. 453. Lafadz hadits di atas adalah lafadz Imam Muslim]

7.      Syafa’at Mukminin kepada Para Calon Penghuni Neraka yang Beriman Agar Tidak Jadi Masuk Neraka

Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang mayit disholatkan oleh sekelompok orang Islam yang jumlah mereka mencapai 100, semuanya memintakan syafa’at untuknya, melainkan syafa’at itu akan diberikan pada dirinya.” (HR. Muslim no. 947, 58)

Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang muslim meninggal dunia, lalu jenazahnya disholatkan oleh 40 orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, melainkan Allah akan memberikan syafa’at kepadanya.” (HR. Muslim no. 948, 59)

Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: Bahwa pada hari kiamat anak-anak kecil akan berdiri lalu dikatakan kepada mereka, ”Masuklah ke surga!” Merekapun menjawab,”(Kami akan masuk) jika bapak dan ibu kami masuk juga ke surga.” Maka diserukan kepada anak-anak kecil itu, ”Masuklah kalian dan bapak (orang tua) kalian ke surga!” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya 28/174 dan dinilai baik oleh Al-Arna’uth. Hadits ini dikuatkan oleh hadits-hadits shahih lain yang semakna oleh Imam Muslim, An-Nasai dan yang lainnya. Lihat Shahih at-Targhib wa at-Tarhib dan juga Fatawa Al-Azhar 8/104)

8.      Syafa’at Kaum Mukminin kepada Sesamanya Untuk Mengangkat Derajat Mereka di Surga

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendoakan sahabatnya, Abu Salamah radhiyallahu 'anhu : "Ya Allah, ampunilah Abu Salamah, angkatlah derajatnya kepada golongan orang-orang yang diberi petunjuk, lapangkanlah kuburannya...". (HR. Muslim)

Abu Hurairah meriwayatkan: Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya, Allah Azza wa Jalla bisa saja mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di surga kelak. Si hamba itu akan bertanya, “Ya Rabbi, bagaimana aku bisa mendapatkan derajat sehebat ini?” Allah berfirman, “Karena permohonan ampun dari anakmu.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ath-Thabrani dalam Al-Awsath. Disebutkan oleh Al-Haitsami dalam Majma’uz Zawaid X : 210)

Said bin Jubair berkata, dari Ibnu Abbas ia berkata: “Apabila seseorang masuk surga, dia bertanya tentang orang tuanya, istri dan anaknya. Lalu diberitahukan padanya bahwa mereka tidak sampai pada tingkatan surgamu, maka dia berkata, ‘Wahai Rabbku, Engkau mengetahui kecintaanku terhadap mereka, lalu Allah memerintahkan agar mengangkat keluarganya berkumpul dalam satu surga. Ibnu Abbas kemudian membacakan ayat “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Thur: 21) (Tafsir Ibnu Katsir)

Sa’id bin Musayyib berkata: “Seseorang diangkat derajatnya karena doa anaknya setelahnya.” (Muwatha’ Kitab Al-Qur’an Bab Al-‘Amal Fid Du’aa no. 38)

9.      Syafa’at dari Puasa dan Al-Qur’an

Dari Abdullah bin ‘Amr bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: “Puasa dan Al-Qur’an akan memberi syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat kelak. Puasa akan bertanya: “Wahai Rabb-ku. Aku telah menahannya dari makan pada siang hari dan nafsu syahwat. Karenanya, perkenankan aku untuk memberi syafa’at kepadanya.” Sedangkan Al-Qur’an berkata: “Aku telah melarangnya dari tidur pada malam hari. Karenanya, perkenankan aku untuk memberikan syafa’at kepadanya.” Maka keduanya pun memberikan syafa’at.” (HR. Ahmad II/174 dan Hakim I/554. Dishahihkan oleh Hakim dan disetujui oleh Adz-Dzahabi. Al-Haitsami berkata: “Diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani dalam Mu’jam Kabir. Rijal hadits ini rijal shahih” (Majma’uz Zawaid III/181). Dishahihkan oleh Albani dalam Tamamul Minnah halm. 394)

Dari Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu bahwasanya dia mendengar Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: “Bacalah Al-Qur’an. Sesungguhnya Al-Qur’an akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi sahabatnya.” (HR. Muslim no. 804)

Dari Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu : Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bacalah oleh kalian dua bunga, yaitu surat Al-Baqarah dan Surat Ali ‘Imran. Karena keduanya akan datang pada hari kiamat seakan-akan keduanya dua awan besar atau dua kelompok besar dari burung yang akan membela orang-orang yang senantiasa rajin membacanya. Bacalah oleh kalian surat Al-Baqarah, karena sesungguhnya mengambilnya adalah barakah, meninggalkannya adalah kerugian, dan sihir tidak akan mampu menghadapinya.” (HR. Muslim 804)

Dari An-Nawwas bin Sam’an Al-Kilabi radhiallahu ‘anhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Akan didatangkan Al-Qur`an pada Hari Kiamat kelak dan orang yang rajin membacanya dan senantiasa rajin beramal dengannya, yang paling depan adalah surat Al-Baqarah dan surat Ali ‘Imran, keduanya akan membela orang-orang yang rajin membacanya.” (HR. Muslim 805)
***
Al-Quran sebagai Kalam Allah bisa memberi pertolongan, atas izinNya, dalam bentuk syafaat. Ia bisa menjadi perantara untuk menolong kita ketika mempertanggungjawabkan amal kita di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala. Langkah-langkah apa saja untuk kita bisa meraih syafaat Al-Quran, seperti doa yang kita haturkan ke hadirat Allah?
Setidaknya, ada enam langkah yang harus kita wujudkan. Keenam langkah ini menjadi bukti interaksi yang baik dengan Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari sebagai seorang muslim yang baik. Pertama, Senantiasa Membaca Al-Quran. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam telah bersabda :
اقرأوا الْقُرْآن فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْم الْقِيَامَة شَفِيعًا لأَصْحَابه  (رواه مسلم)
“Bacalah Al-Quran, kelak ia akan datang di Hari Kiamat memberi syafaat kepada para pembacanya.” (HR. Muslim).
Langkah pertama, mau atau tidak, harus dilalui oleh setiap muslim. Seorang muslim wajib untuk bisa membaca Kalam Allah sesuai kaidah Ilmu Tajwid dengan langgam yang benar, tidak menyimpang dan tidak pula mengada-ada.
Membaca Al-Quran merupakan aktifitas yang harus menjadi kebutuhan rohani demi meningkatkan mutu dan kualitas spiritual. Di era teknologi seperti sekarang ini, kita dapat dengan mudah membaca Al-Quran lewat telepon genggam yang kita genggam ke mana saja. Di bus, pesawat, kereta, di mana saja, kita dapat membacanya.
Maka, sangat disayangkan apabila seorang muslim tidak bisa membaca Al-Quran. Sangat disayangkan pula, jika seorang muslim yang sudah pandai membaca Al-Quran namun tidak membiasakan dirinya dan keluarganya untuk istiqamah membacanya setiap hari.
Sebagai orangtua Muslim, mereka memiliki tanggungjawab besar untuk memastikan bahwa anak-anaknya bisa dan terbiasa membaca Al-Quran. Beruntung jika mereka sampai pada tingkatan menghafalnya. Kalau pun orang tua belum sanggup mengajarkan secara langsung, titipkanlah mereka untuk belajar membacanya di TPQ atau Madrasah Diniyah. Kelak anak-anak yang tumbuh dalam bimbingan Al-Quran, Insya Allah, akan menjadi keturunan yang membanggakan, generasi emas, pejuang Islam yang tangguh, karena di hati mereka ada Al-Quran yang membimbing, menyinari, dan menjadi sebab turunnya rahmat Allah kepada mereka.
Dua, adalah Senantiasa Mendengar Bacaan Al-Quran. Selain bisa membaca, mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al-Quran juga menjadi jembatan meraih syafaatnya. Kita bisa mendengarkan secara langsung lewat radio, televisi, atau Mp3 murottal yang biasa diputar di masjid-masjid menjelang waktu shalat.
Suara lantunan Al-Quran bukan polusi udara. Sungguh sebuah tuduhan tanpa dasar yang mengatakan bahwa suara kaset ngaji adalah polusi udara, seperti yang terlontar dari mulut seorang pejabat di suatu negeri. Yang benar adalah justru suara musik di diskotik, cafe, dan panggung-panggung musik lah, polusi udara yang sesungguhnya, mengotori kalbu dan menyeret kepada hal-hal yang negatif.
Mendengar lantunan ayat-ayat suci Al-Quran akan membuat hati dan jiwa pendengarnya tenteram dan damai. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda :
من قرأ القرآن كتب الله له بكل حرف عشر حسنات ومن سمع القرآن كتب الله له بكل حرف حسنة وحشر في جملة من يقرأ ويرقى (رواه الديلمي)
Siapa yang membaca Al-Quran, Allah akan mencatat baginya, sepuluh pahala kebaikan di tiap hurufnya dan siapa yang mendengarkan bacaan Al-Quran, Allah akan catat untuknya, satu kebaikan di tiap hurufnya, serta ia akan dibangkitkan dalam golongan orang yang membaca dan naik derajatnya.” (HR. Ad-Dailami)
Ketiga, Mengkaji dan Mempelajari Ayat-ayat Al-Quran. Al-Quran tidak cukup hanya dibaca dan didengarkan. Lebih dari itu, kita harus menjadikannya sebagai sumber inspirasi di berbagai bidang kehidupan. Untuk bisa sampai ke arah tersebut, langkah yang harus kita tempuh adalah mengkaji hikmah-hikmah yang ada di dalamnya.
Berbagai penemun ilmiah dan fakta-fakta yang mencengankan ada dalam Al-Quran. Tinggal sejauh mana kemauan kita dalam mempelajarinya. Rasulullah SAW bersabda tentang orang yang mengkaji dan mempelajari ayat-ayat Allah :
تَعَلَّمُوا الْقُرْآنَ، فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَافِعًا لِأَصْحَابِهِ (رواه ابن حبان)
“Pelajarilah Al-Quran oleh kalian, sebab kelak di Hari Kiamat ia akan datang memberi syafaat kepada para pengkajinya.” (HR. Ibnu Hibban)
Keempat, Mengamalkan Hukum-hukum Al-Quran. Keadilan hukum merupakan dambaan setiap insan. Al-Quran turun dengan tujuan, salah satunya, memberikan rasa aman dan perlindungan bagi segenap jiwa manusia, dalam bentuk penegakan hukum untuk memutuskan suatu perkara. Ketika suatu produk hukum berlandaskan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Quran itu diterapkan, akan memberikan keadilan bagi seluruh anggota masyarakat. Tidak ada lagi istilah, “hukum tajam ke bawah, tumpul ke atas.”
Sebagai contoh, hukum tentang larangan mengonsumi minuman keras. Dalam Al-Quran dijelaskan bahwa minuman keras itu merupakan perbuatan yang banyak mengandung bahaya, mempengaruhi akal dan jiwa seseorang. Dampaknya mencakup banyak aspek, meliputi : kerusakan pada diri orang yang mengonsuminya, keluarganya bahkan suatu negara.
Jika larangan mengonsumsi minuman keras ini diterapkan secara sungguh-sungguh, maka akan memgurangi kejahatan yang terjadi di tengah masyarakat, akibat dampak Miras. Siapa yang mengamalkan hukum-hukum Al-Quran, ia akan mendapat syafaatnya, seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam:
مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ يَقُومُ بِهِ أَنَاءَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ يُحِلُّ حَلَالَهُ وَيُحَرِّمُ حَرَامَهُ حَرَّمَ اللَّهُ لَحْمَهُ وَدَمَهُ عَلَى النَّارِ , وَجَعَلَهُ رَفِيقَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ حَتَّى إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ كَانَ الْقُرْآنُ لَهُ حُجَّةً (رواه الطبراني)
“Siapa yang membaca Al-Quran, dimana ia membacanya pada waktu shalat di tengah malam dan siang hari, ia menghalalkan halalnya dan mengharamkan haramnya, maka Allah haramkan daging dan darahnya terkena api neraka, dan akan menjadikannya teman pendamping para malaikat yang mulia dan baik, serta pada Hari Kiamat nanti Al-Quran akan menjadi hujjah (pembela) untuknya.” (HR. Thabrani)
Lima, Mengajarkan Al-Quran kepada Orang lain. Sudah menjadi kewajiban bagi setiap orang yang diberi ilmu oleh Allah untuk mengamalkan apa yang sudah ia peroleh, walau pun satu ayat. Termasuk mengajarkan Al-Quran dalam beragam bentuk seperti mengajarkan cara membaca yang baik dan benar, menguraikan makna dan kandungan ayat, atau menghimpun tafsir Al-Quran sebagai upaya mendekatkan umat kepada pemahaman terhadap Al-Quran yang baik, tidak menyimpang, tidak salah jalan, salah tafsir yang bisa menimbulkan keresahan kepada umat Islam.
Mengajarkan Al-Quran sesuai dengan bimbingan para ulama yang ahli di bidangnya, akan membuat umat semakin cinta terhadap Al-Quran dan mau mengamalkannya. Memahamkan umat tentang Al-Quran bisa menjadi amunisi argumentasi yang kuat dalam menghadapi penafsiran ala pendukung pemahaman Pluralisme, Liberal, Sekular (SePILIS), yang banyak memperalat ayat-ayat Suci untuk tujuan yang menyesatkan. Rasulullah Shallallhu ‘Alaihi Wassallam bersabda :
من تعلم القرآن وعلمه وأخذ بما فيه كان له شفيعا ودليلا إلى الجنة (رواه ابن عساكر)
Siapa yang mempelajari Al-Quran, mengajarkan, dan mengamalkan isinya, maka ia akan menjadi pemberi syafaat dan petunjuk jalan menuju surga.” (HR. Ibnu Asakir).
Keenam, Mengamalkan dengan Landasan Ikhlas Mencari Ridha Allah Subhanahu Wata’ala. Di saat kita mengamalkan Al-Quran, landasannya adalah semata-mata mengharap ridha Allah, bukan untuk mendapat pujian dan hadiah. Pengamalan Al-Quran dengan ikhlas akan membuat seseorang bisa meraih syafaat Al-Quran. Rasulullah SAW bersabda:
تَعَلَّمُوا الْقُرْآنَ وَسَلُوا بِهِ الْجَنَّةَ قَبْلَ أَنْ يَتَعَلَّمَ قَوْمٌ يَسْأَلُونَ بِهِ الدُّنْيَا، فَإِنَّ الْقُرْآنَ يَتَعَلَّمُهُ ثَلَاثَةٌ: رَجُلٌ يُبَاهِي بِهِ، وَرَجُلٌ يَسْتَأْكِلُ بِهِ، وَرَجُلٌ يَقْرَأُ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ (رواه البيهقي)
“Pelajarilah Al-Quran dan mintalah surga dengannya, sebelum muncul satu kaum yang mempelajari Al-Quran untuk tujuan duniawi. Sesungguhnya ada tiga kelompok yang mempelajari Al-Quran: (1) Seseorang yang mempelajarinya untuk membanggakan diri, (2) Seseorang yang mencari makan darinya, dan (3) seseorang yang membaca karena Allah Subhanahu Wata’ala.” (HR. Baihaqi)

Jika ada yang bertanya:
Bukankah hadits-hadits tentang adanya syafa’at seperti syafa’at seorang anak kepada bapaknya ditolak oleh ayat Al-Qur’an:
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.” (QS. Luqman: 33)

Maka jawabannya:
Ayat di atas (QS. Luqman: 33) berkaitan dengan orang-orang kafir.
Ibnul Jauzi menafsirkan firman Allah SWT يا أيها الناس اتقوا ربكمHai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu” bahwa para mufasir mengatakan,”Ayat ini ditujukan untuk orang-orang kafir di Mekah.” Dan firman Allah SWT “لا يجزي والد عن ولده “seorang bapak tidak dapat menolong anaknya sedikit pun dari kejahatan dan kezhalimannya. Muqotil mengatakan bahwa yang dimaksud adalah orang-orang kafir. (Zaad al Masir juz V hal 112)

Hal ini seperti syafaat Nabi Ibrahim untuk ayahnya yang kemudian ditolak Allah SWT seperti apa yang diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi saw, ”Pada hari kiamat Ibrahim menemui ayahnya Azar dan tampak wajahnya gelap dan tertutupi debu. Lalu Ibrahim berkata kepadanya, ’Bukankah aku telah mengatakan kepadamu untuk tidak maksiat.’ Ayahnya berkata, ’Hari ini aku tidak akan maksiat terhadapmu.’ Ibrahim pun berkata, ’Wahai Allah, sesungguhnya Engkau pernah berjanji kepadaku bahwa Engkau tidak akan menghinakanku pada hari mereka dibangkitkan maka kehinaan yang mana yang lebih hina dari yang didapat ayahku yang jauh (dari rahmat-Mu).’ Lalu Allah berfirman,’Sesungguhnya Aku mengharamkan surga buat orang-orang kafir.’ Kemudian dikatakan kepada Ibrahim, ’Wahai Ibrahim apa yang ada di bawah kedua kakimu.’ Lalu Ibrahim pun melihatnya dan ternyata ia adalah seekor serigala berbintik-bintik maka dipeganglah kaki-kakinya dan dilemparkan ke neraka.” (HR. Bukhari)

Adapun untuk orang-orang yang beriman/bertauhid, maka ada syafa’at seperti yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya:
Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Thur: 21)
Pada hari itu tidak berguna syafa'at, kecuali (syafa'at) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridhai perkataannya.” (QS. Thaha : 109)

Abu Hurairah bertanya: “Ya, Rasulullah.  Siapakah orang yang paling bahagia dengan syafaatmu pada hari kiamat?” Rasulullah bersabda: “Sungguh aku telah menyangka bahwa tidak ada seseorang yang lebih dahulu bertanya tentang ini kecuali engkau karena semangatmu dalam mencari hadits.” Rasul bersabda: “Orang yang paling bahagia dengan syafaatku adalah orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah dengan ikhlas dari hatinya.” (HR. Bukhari no. 99)

Ibnu Abbas berkata: “Orang yang Allah ridhai perkataannya, yaitu orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah. Dengan kata lain, Allah tidak akan memberikan syafaat kepada selain mukmin.” (Tafsir Al Baghawi III/195 Cet. Daar Al Kutub Al Ilmiyyah)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : ”Syafa’at, sebabnya adalah tauhid kepada Allah, dan mengikhlaskan agama dan ibadah dengan segala macamnya kepada Allah. Semakin kuat keikhlasan seseorang, maka dia berhak mendapatkan syafa’at. Sebagaimana dia juga berhak mendapatkan segala macam rahmat. Sesungguhnya, syafa’at adalah salah satu sebab kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Dan yang paling berhak dengan rahmat-Nya adalah ahlut tauhid dan orang-orang yang ikhlas kepada-Nya. Setiap yang paling sempurna dalam mewujudkan kalimat ikhlas (Laa ilaaha illallaah) dengan ilmu, keyakinan, amal, dan berlepas diri dari berbagai bentuk kesyirikan, loyal kepada kalimat tauhid, memusuhi orang yang menolak kalimat ini, maka dia yang paling berhak dengan rahmat Allah. (Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, XIV/414 dengan ringkas)





Syafaat batil
Syafaat batil / manzilah -* syafaatnya orang-orang kuffar
ü syafaat batil yang tidak berguna bagi pemiliknya, yaitu anggapan orang-orang musyrik bahwa tuhan-tuhan mereka dapat memerintahkan syafaat kepada Allah. Syafaat semacam ini tidak bermanfaat bagi mereka seperti yang difirmankan-Nya,
فَمَا تَنفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِينَ

Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat dari orang-orang yang memberikan syafaat.” (QS. Al-Mudatstsir: 48)
ü Demikian itu karena Allah tidak rela kepada kesyirikan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik itu dan tidak mungkin Allah memberi izin kepada para pemberi syafaat itu, untuk memberikan syafaat kepada mereka; karena tidak ada syafaat kecuali bagi orang yang diridhai Allah. Allah tidak meridhai hamba-hamba-Nya yang kafir dan Allah tidak senang kepada kerusakan.
ü  Ketergantungan orang-orang musyrik kepada tuhan-tuhan mereka dengan menyembahnya dan mengatakan, “Mereka adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah,” (QS. Yunus: 18) adalah ketergantungan batil yang tidak bermanfaat. Bahkan yang demikian itu tidak menambah mereka kecuali semakin jauh dari Allah, karena orang-orang musyrik meminta syafaat kepada berhala-berhala dengan cara yang batil, yaitu menyembahnya. Itu kebodohan mereka yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah, tetapi sebenarnya tidak lain hanya menjadikan mereka semakin jauh.
.
Maraji :
1.  Syarh Aqidah Wasitiyah
2.  Syarh Ushul Iman
3.  Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji (Fatawa Arkanul islam), Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Darul Falah, 2007










Tentang Syafaat

Hadits ibnumajah 4297
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي فَهِيَ نَائِلَةٌ مَنْ مَاتَ مِنْهُمْ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا
Setiap Nabi do'anya adl mustajab (dikabulkan), maka semua Nabi tergesa-gesa mempergunakan do'anya. Sesungguhnya aku menyimpan do'aku untuk memberi syafa'at kepada ummatku (kelak), maka itu akan di dapat oleh orang yg mati di antara mereka dalam keadaan tak menyekutukan Allah dgn sesuatupun. [HR. ibnumajah No.4297].
Hadits ibnumajah 4298
حَدَّثَنَا مُجَاهِدُ بْنُ مُوسَى وَأَبُو إِسْحَقَ الْهَرَوِيُّ إِبْرَاهِيمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ حَاتِمٍ قَالَا حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ أَنْبَأَنَا عَلِيُّ بْنُ زَيْدِ بْنِ جُدْعَانَ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ وَلَا فَخْرَ وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ تَنْشَقُّ الْأَرْضُ عَنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا فَخْرَ وَأَنَا أَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ وَلَا فَخْرَ وَلِوَاءُ الْحَمْدِ بِيَدِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا فَخْرَ
Saya adl pemuka anak Adam & tak sombong. Aku adl orang yg pertama kali di bukakan bumi (di bangkitkan) pada hari Kiamat, & tak sombong. Aku adl orang yg pertama kali memberi syafa'at & di mintai syafa'at & tak sombong. Bendera pujian ada di tanganku pada hari Kiamat & tak sombong. [HR. ibnumajah No.4298].
Hadits ibnumajah 4299
حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ حَبِيبٍ قَالَا حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ يَزِيدَ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَّا أَهْلُ النَّارِ الَّذِينَ هُمْ أَهْلُهَا فَلَا يَمُوتُونَ فِيهَا وَلَا يَحْيَوْنَ وَلَكِنْ نَاسٌ أَصَابَتْهُمْ نَارٌ بِذُنُوبِهِمْ أَوْ بِخَطَايَاهُمْ فَأَمَاتَتْهُمْ إِمَاتَةً حَتَّى إِذَا كَانُوا فَحْمًا أُذِنَ لَهُمْ فِي الشَّفَاعَةِ فَجِيءَ بِهِمْ ضَبَائِرَ ضَبَائِرَ فَبُثُّوا عَلَى أَنْهَارِ الْجَنَّةِ فَقِيلَ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ أَفِيضُوا عَلَيْهِمْ فَيَنْبُتُونَ نَبَاتَ الْحِبَّةِ تَكُونُ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ قَالَ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ كَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ كَانَ فِي الْبَادِيَةِ
Penghuni neraka yg mereka benar-benar penghuninya, mereka tak akan merasakan kematian & juga tak hidup di dalamnya. Akan tetapi mereka adl orang-orang yg terkena api neraka karena dosa-dosa & kesalahan-kesalahan mereka, maka mereka akan di matikan sesaat. Dan ketika mereka telah menjadi arang, maka mereka di izinkan untuk mendapatkan syafa'at. Lalu mereka di datangkan secara berkelompok-kelompok, kemudian mereka di mandikan di sungai-sungai surga. Maka di katakan; Wahai penghuni surga, berilah mereka minuman. Maka mereka menumbuhkan tumbuhan hibbah (biji-bijian) yg ada di arus sungai. Perawi berkata; Maka berkatalah seseorang dari mereka; Seakan-akan Rasulullah baru tiba dari pedalaman. [HR. ibnumajah No.4299].
Hadits ibnumajah 4300
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدِّمَشْقِيُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ لِأَهْلِ الْكَبَائِرِ مِنْ أُمَّتِي
Sesungguhnya syafa'atku pada hari Kiamat adl untuk para pelaku dosa besar dari ummatku. [HR. ibnumajah No.4300].
Hadits ibnumajah 4301
حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ أَسَدٍ حَدَّثَنَا أَبُو بَدْرٍ حَدَّثَنَا زِيَادُ بْنُ خَيْثَمَةَ عَنْ نُعَيْمِ بْنِ أَبِي هِنْدٍ عَنْ رِبْعِيِّ بْنِ حِرَاشٍ عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُيِّرْتُ بَيْنَ الشَّفَاعَةِ وَبَيْنَ أَنْ يَدْخُلَ نِصْفُ أُمَّتِي الْجَنَّةَ فَاخْتَرْتُ الشَّفَاعَةَ لِأَنَّهَا أَعَمُّ وَأَكْفَى أَتُرَوْنَهَا لِلْمُتَّقِينَ لَا وَلَكِنَّهَا لِلْمُذْنِبِينَ الْخَطَّائِينَ الْمُتَلَوِّثِينَ
Saya di suruh memilih antara setengah ummatku akan di masukkan ke surga dgn di beri syafa'at, maka saya memilih syafa'at, karena sesungguhnya syafa'at lebih mencakup & lebih mencukupi, bagaimana pendapat kalian, apakah ia hanya di berikan kepada orang-orang yg bertakwa saja?
Tidak, akan tetapi ia di berikan juga terhadap orang-orang yg berdosa & orang-orang yg banyak kesalahan. [HR. ibnumajah No.4301].
Hadits ibnumajah 4302
حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ الْحَارِثِ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَجْتَمِعُ الْمُؤْمِنُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُلْهَمُونَ أَوْ يَهُمُّونَ شَكَّ سَعِيدٌ فَيَقُولُونَ لَوْ تَشَفَّعْنَا إِلَى رَبِّنَا فَأَرَاحَنَا مِنْ مَكَانِنَا فَيَأْتُونَ آدَمَ فَيَقُولُونَ أَنْتَ آدَمُ أَبُو النَّاسِ خَلَقَكَ اللَّهُ بِيَدِهِ وَأَسْجَدَ لَكَ مَلَائِكَتَهُ فَاشْفَعْ لَنَا عِنْدَ رَبِّكَ يُرِحْنَا مِنْ مَكَانِنَا هَذَا فَيَقُولُ لَسْتُ هُنَاكُمْ وَيَذْكُرُ وَيَشْكُو إِلَيْهِمْ ذَنْبَهُ الَّذِي أَصَابَ فَيَسْتَحْيِي مِنْ ذَلِكَ وَلَكِنْ ائْتُوا نُوحًا فَإِنَّهُ أَوَّلُ رَسُولٍ بَعَثَهُ اللَّهُ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ فَيَأْتُونَهُ فَيَقُولُ لَسْتُ هُنَاكُمْ وَيَذْكُرُ سُؤَالَهُ رَبَّهُ مَا لَيْسَ لَهُ بِهِ عِلْمٌ وَيَسْتَحْيِي مِنْ ذَلِكَ وَلَكِنْ ائْتُوا خَلِيلَ الرَّحْمَنِ إِبْرَاهِيمَ فَيَأْتُونَهُ فَيَقُولُ لَسْتُ هُنَاكُمْ وَلَكِنْ ائْتُوا مُوسَى عَبْدًا كَلَّمَهُ اللَّهُ وَأَعْطَاهُ التَّوْرَاةَ فَيَأْتُونَهُ فَيَقُولُ لَسْتُ هُنَاكُمْ وَيَذْكُرُ قَتْلَهُ النَّفْسَ بِغَيْرِ النَّفْسِ وَلَكِنْ ائْتُوا عِيسَى عَبْدَ اللَّهِ وَرَسُولَهُ وَكَلِمَةَ اللَّهِ وَرُوحَهُ فَيَأْتُونَهُ فَيَقُولُ لَسْتُ هُنَاكُمْ وَلَكِنْ ائْتُوا مُحَمَّدًا عَبْدًا غَفَرَ اللَّهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ فَيَأْتُونِي فَأَنْطَلِقُ قَالَ فَذَكَرَ هَذَا الْحَرْفَ عَنْ الْحَسَنِ قَالَ فَأَمْشِي بَيْنَ السِّمَاطَيْنِ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ قَالَ ثُمَّ عَادَ إِلَى حَدِيثِ أَنَسٍ قَالَ فَأَسْتَأْذِنُ عَلَى رَبِّي فَيُؤْذَنُ لِي فَإِذَا رَأَيْتُهُ وَقَعْتُ سَاجِدًا فَيَدَعُنِي مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَدَعَنِي ثُمَّ يُقَالُ ارْفَعْ يَا مُحَمَّدُ وَقُلْ تُسْمَعْ وَسَلْ تُعْطَهْ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ فَأَحْمَدُهُ بِتَحْمِيدٍ يُعَلِّمُنِيهِ ثُمَّ أَشْفَعُ فَيَحُدُّ لِي حَدًّا فَيُدْخِلُهُمْ الْجَنَّةَ ثُمَّ أَعُودُ الثَّانِيَةَ فَإِذَا رَأَيْتُهُ وَقَعْتُ سَاجِدًا فَيَدَعُنِي مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَدَعَنِي ثُمَّ يُقَالُ لِي ارْفَعْ مُحَمَّدُ قُلْ تُسْمَعْ وَسَلْ تُعْطَهْ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ فَأَرْفَعُ رَأْسِي فَأَحْمَدُهُ بِتَحْمِيدٍ يُعَلِّمُنِيهِ ثُمَّ أَشْفَعُ فَيَحُدُّ لِي حَدًّا فَيُدْخِلُهُمْ الْجَنَّةَ ثُمَّ أَعُودُ الثَّالِثَةَ فَإِذَا رَأَيْتُ رَبِّي وَقَعْتُ سَاجِدًا فَيَدَعُنِي مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَدَعَنِي ثُمَّ يُقَالُ ارْفَعْ مُحَمَّدُ قُلْ تُسْمَعْ وَسَلْ تُعْطَهْ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ فَأَرْفَعُ رَأْسِي فَأَحْمَدُهُ بِتَحْمِيدٍ يُعَلِّمُنِيهِ ثُمَّ أَشْفَعُ فَيَحُدُّ لِي حَدًّا فَيُدْخِلُهُمْ الْجَنَّةَ ثُمَّ أَعُودُ الرَّابِعَةَ فَأَقُولُ يَا رَبِّ مَا بَقِيَ إِلَّا مَنْ حَبَسَهُ الْقُرْآنُ
Pada hari kiamat kelak, orang-orang beriman berkumpul & mereka diberi ilham -atau di beri naluri (Sa'id ragu) - sehingga mengatakan; Sebaiknya kita meminta syafa'at kepada Rabb kita 'azza wajalla sehingga kita dapat pindah dari tempat kita sekarang juga.' Lalu mereka mendatangi Adam 'Alaihis Salam seraya mengatakan; 'Wahai Adam, engkau adl bapaknya manusia, Allah menciptakanmu dgn tangan-Nya sendiri & menjadikan malaikat-malaikat-Nya sujud kepadamu, serta diajarkan pula kepadamu nama-nama segala sesuatu, maka mintakanlah syafa'at kepada Rabbmu agar Dia memindahkan kami dari tempat kami ini! Maka Adam berkata; Bukan aku yg kalian maksud kemudian Adam menyebutkan dosa yg pernah ia lakukan, hingga dosa tersebut membuatnya malu kepada Allah, (Adam berkata); Akan tetapi datanglah kalian kepada Nuh karena ia adl rasul pertama kali yg Allah utus ke muka bumi, ' kemudian mereka pun mendatangi Nuh, namun dia berkata; Bukan aku yg kalian maksud, lalu ia menyebutkan kesalahan & permintaannya kepada Rabbnya dgn tanpa ilmu, hingga membuatnya malu; Akan tetapi datangilah Ibrahim kekasih Ar Rahman, maka mereka pun mendatanginya, namun dia juga mengatakan; Bukan aku yg kalian maksud, tapi datanglah kalian kepada Musa, seorang hamba yg Allah ajak bicara secara langsung & diberikan Taurat. Maka merekapun mendatangi Musa, & Musa juga berkata; Bukan aku yg kalian maksud, seraya menyebutkan seseorang yg dia bunuh tanpa alasan yg benar; akan tetapi datanglah kalian kepada Isa, hamba Allah & Rasul-Nya, kalimat serta ruh-Nya. Maka merekapun mendatangi Isa, kemudian Isa juga mengatakan; Bukan aku yg kalian maksud, akan tetapi datanglah kalian kepada Muhammad, seorang hamba yg dosanya telah diampuni Allah, baik yg lalu atau yg akan datang. Beliau bersabda:
Maka mereka pun mendatangiku, lalu saya pun bertolak. Perawi berkata; Kemudian ia menyebutkan kalimat tersebut dari Al Hasan beliau bersabda:
Maka aku berjalan di antara barisan manusia dari kaum Mukminin. Perawi berkata; Kemudian kembali kepada hadits Anas; beliau bersabda:
Maka aku meminta izin kepada Rabbku, lalu aku pun diizinkan. Ketika aku melihat Rabbku, aku langsung jatuh sujud, kemudian Dia membiarkanku bersujud sekehendak-Nya, Kemudian dikatakan; Bangunlah ya Muhammad! berkatalah maka kamu akan didengarkan! memintalah maka kamu akan diberikan! & mintalah syafa'at maka kamu akan diberi (hak memberi syafa'at). Maka aku memuji-Nya dgn pujian yg Dia ajarkan kepadaku, kemudian aku memberikan syafa'at & Dia memberikan aku batasan, lalu aku memasukkan orang-orang ke dalam surga. Kemudian aku kembali (kepada Rabbku) untuk yg kedua kalinya, ketika aku melihat Rabbku aku langsung jatuh sujud, kemudian Dia membiarkanku bersujud sekehendak-Nya. Lalu dikatakan; 'Bangunlah ya Muhammad! berkatalah maka engkau akan didengarkan! memintalah maka engkau akan diberikan! & mintalah syafa'at maka engkau akan diberi (hak memberi syafa'at). Maka aku mengangkat kepalaku & memuji-Nya dgn pujian yg Dia ajarkan kepadaku, kemudian aku memberikan syafa'at & Dia memberikan aku batasan, lalu aku memasukkan orang-orang ke dalam surga. Kemudian aku kembali (kepada Rabbku) untuk yg ketiga kalinya, & ketika aku melihat Rabbku aku langsung tersungkur sujud kepada Rabbku, kemudian Dia membiarkanku bersujud sekehendak-Nya. Kemudian dikatakan; Bangunlah ya Muhammad! berkatalah maka engkau akan didengarkan! memintalah maka engkau akan diberikan! & mintalah syafa'at maka engkau akan diberi (hak memberi syafa'at). Maka aku mengangkat kepalaku & memuji-Nya dgn pujian yg Dia ajarkan kepadaku, kemudian aku memberikan syafa'at & Dia memberikan aku batasan, lalu aku memasukkan orang-orang ke dalam surga. Kemudian aku kembali (kepada Rabbku) untuk yg keempat kalinya, lalu aku berkata:
'Wahai Rabb, tak ada yg tersisa kecuali orang yg terhalang oleh Al Qur`an. [HR. ibnumajah No.4302].
Hadits ibnumajah 4303
قَالَ يَقُولُ قَتَادَةُ عَلَى أَثَرِ هَذَا الْحَدِيثِ وَحَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَخْرُجُ مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَكَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ شَعِيرَةٍ مِنْ خَيْرٍ وَيَخْرُجُ مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَكَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ بُرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ وَيَخْرُجُ مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَكَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ
Akan keluar dari neraka orang yg berkata LA ILAHA ILLA AllAH (tidak ada ilah kecuali Allah) jika dalam hatinya terdapat kebaikan walau sebiji gandum, & akan keluar dari neraka orang yg berkata LA ILAHA ILLA AllAH jika dalam hatinya terdapat kebaikan walau sebiji sawi [HR. ibnumajah No.4303].
Hadits ibnumajah 4304
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَرْوَانَ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا عَنْبَسَةُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَلَّاقِ بْنِ أَبِي مُسْلِمٍ عَنْ أَبَانَ بْنِ عُثْمَانَ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَشْفَعُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَلَاثَةٌ الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْعُلَمَاءُ ثُمَّ الشُّهَدَاءُ
Tiga golongan yg akan memberi syafa'at kelak di hari Kiamat, yaitu; Para Nabi kemudian para ulama & para syuhada`. [HR. ibnumajah No.4304].
Hadits ibnumajah 4305
حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الرَّقِّيُّ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ عَنْ الطُّفَيْلِ بْنِ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ كُنْتُ إِمَامَ النَّبِيِّينَ وَخَطِيبَهُمْ وَصَاحِبَ شَفَاعَتِهِمْ غَيْرَ فَخْرٍ
Jika datang hari Kimat, maka aku akan menjadi pemimpin para Nabi & juru bicara mereka, Pemilik syafa'at mereka yg tak sombong. [HR. ibnumajah No.4305].
Hadits ibnumajah 4306
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ ذَكْوَانَ عَنْ أَبِي رَجَاءٍ الْعُطَارِدِيِّ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ الْحُصَيْنِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيَخْرُجَنَّ قَوْمٌ مِنْ النَّارِ بِشَفَاعَتِي يُسَمَّوْنَ الْجَهَنَّمِيِّينَ
Akan keluar suatu kaum dari mereka karena syafa'atku, mereka disebut dgn Al Juhannamiyah. [HR. ibnumajah No.4306].
Hadits ibnumajah 4307
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا خَالِدٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَقِيقٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي الْجَدْعَاءِ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَيَدْخُلَنَّ الْجَنَّةَ بِشَفَاعَةِ رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَكْثَرُ مِنْ بَنِي تَمِيمٍ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ سِوَاكَ قَالَ سِوَايَ قُلْتُ أَنْتَ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَنَا سَمِعْتُهُ
Akan masuk surga dari ummatku dgn syafa'atnya seorang laki-laki yg jumlahnya lebih banyak dari Bani Tamim. Mereka (para sahabat) bertanya; Wahai Rasulullah, apakah (orang yg memberi syafa'at) selain engkau?
beliau menjawab: Ya, orang selain diriku. Abdullah bin Syaqiq berkata; Apakah kamu mendengarnya dari Rasulullah ?
dia menjawab; Ya, saya mendengarnya dari beliau. [HR. ibnumajah No.4307].
Hadits ibnumajah 4308
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا صَدَقَةُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا ابْنُ جَابِرٍ قَالَ سَمِعْتُ سُلَيْمَ بْنَ عَامِرٍ يَقُولُ سَمِعْتُ عَوْفَ بْنَ مَالِكٍ الْأَشْجَعِيَّ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَدْرُونَ مَا خَيَّرَنِي رَبِّيَ اللَّيْلَةَ قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّهُ خَيَّرَنِي بَيْنَ أَنْ يَدْخُلَ نِصْفُ أُمَّتِي الْجَنَّةَ وَبَيْنَ الشَّفَاعَةِ فَاخْتَرْتُ الشَّفَاعَةَ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنَا مِنْ أَهْلِهَا قَالَ هِيَ لِكُلِّ مُسْلِمٍ
Tahukah kalian apa yg Rabbku berikan pilihan kepadaku malam ini?
Kami menjawab; Allah & rasul-Nya yg lebih mengetahui. Beliau bersabda:
Sesungguhnya Dia memberikan pilihan antara masuknya setengah dari ummatku ke dalam surga atau berlakunya syafa'at, maka saya memilih syafa'at. Kami berkata; Wahai Rasulullah, do'akanlah kami kepada Allah agar menjadikan kami termasuk orang-orang yg mendapatkan syafa'at!. Beliau menjawab: Syafa'at itu berlaku untuk seluruh orang Islam. [HR. ibnumajah No.4308].
 

0 comments:

Posting Komentar